Banda Aceh (ANTARA) - Tim Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan mitra meningkatkan patroli mencegah gangguan atau interaksi negatif harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Aceh Tenggara.
Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNGL Andrinaldi Adnan di Banda Aceh, Selasa, mengatakan patroli dilakukan menyusul adanya gangguan satwa dilindungi tersebut terhadap ternak masyarakat di Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara.
"Tim BBTNGL bersama BKSDA Aceh dan mitra terus berpatroli untuk memastikan harimau yang dilaporkan memangsa ternak warga tidak kembali. Serta memastikan satwa dilindungi tersebut kembali ke habitatnya," kata Andrinaldi Adnan.
Baca juga: Polres: Sapi kepala desa di Aceh Timur dimangsa harimau
Sebelumnya, kata dia, petugas Resor Pulo Gadung Taman Nasional Gunung Leuser menerima laporan masyarakat ada ternak sapi dimangsa harimau sumatra di perkebunan karet, Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, pada Selasa (7/6).
Ia mengatakan lokasi ternak sapi dimangsa harimau tersebut berada di luar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Lokasi kejadian berjarak sekitar dua kilometer dari pemukiman penduduk.
Selanjutnya, kata Andrinaldi, BBTNGL berkoordinasi dengan BKSDA Aceh selaku pihak berwenang dalam penanganan interaksi negatif satwa liar dengan manusia menindaklanjuti laporan tersebut.
Tim BBTNGL dan BKSDA Aceh bersama mitra kerja turun ke lokasi kejadian. Di lokasi kejadian, tim menemukan sisa bagian tubuh sapi yang diduga menjadi mangsa harimau sumatra. Tim juga mengobservasi sekitar lokasi guna melacak keberadaan saat dilindungi tersebut.
"Selain patroli, tim juga mengedukasi masyarakat dalam mencegah interaksi negatif harimau sumatra. Termasuk memfasilitasi masyarakat, terutama pemilik ternak membuat kandang antiharimau," katanya.
Andrinaldi mengimbau masyarakat yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser tidak melepasliarkan hewan ternaknya tanpa pengawasan. Hal tersebut untuk mencegah interaksi negatif satwa liar tersebut.
"Kami juga mengharapkan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser untuk bersama-sama menjaga kelestarian satwa liar, khususnya harimau sumatra, sebagai titipan anak cucu kita," kata Andrinaldi Adnan.
Baca juga: Harimau dilaporkan berkeliaran di ladang warga Aceh Timur
Berdasarkan daftar kelangkaan satwa dikeluarkan lembaga konservasi dunia International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), harimau sumatra merupakan satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera tersebut berstatus spesies terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
Masyarakat diimbau untuk bersama-sama menjaga kelestarian harimau sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa.
Serta tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.
Kemudian, tidak memasang jerat, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi. Semua perbuatan ilegal tersebut dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
Di samping itu, aktivitas ilegal lainnya juga dapat menyebabkan konflik satwa liar khususnya harimau sumatra dengan manusia. Konflik ini berakibat kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa, baik manusia maupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut.
Baca juga: BKSDA turunkan tim tangani gangguan harimau di Aceh Selatan
Pewarta: M.Haris Setiady AgusEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025