"Saya sudah dua kali menerima vaksin COVID-19. Tetap sehat, tidak ada efek negatif yang dirasakan. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19," kata Munawal Hadi di Banda Aceh, Jumat.
Munawal Hadi merupakan pegawai kejaksaan menjabat Kepala Seksi Penerangan dan Humas Kejaksaan Tinggi Aceh. Sebanyak 276 pegawai Kejaksaan Tinggi Aceh sudah menerima vaksinasi tahap satu dan dua.
Menurut Munawal Hadi, semua pegawai Kejaksaan Tinggi Aceh yang menerima vaksin COVID-19 tersebut dalam kondisi sehat tidak ada yang merasakan dampak negatif terhadap kesehatan.
"Aman semua. Tidak ada efek samping. Namun begitu, kami terus memantau perkembangan mereka yang menerima vaksin COVID-19 untuk memastikan benar-benar tidak ada efek samping," kata Munawal Hadi.
Munawal Hadi mengatakan vaksinasi vaksin COVID-19 yang dilakukan merupakan dukungan Kejati Aceh terhadap program pemerintah memutuskan mata rantai penularan dan penyebaran COVID-19.
Tidak hanya di Kejaksaan Tinggi Aceh, tetapi juga jajaran kejaksaan negeri di Aceh. Mereka jauh hari sudah menjalani vaksinasi vaksin COVID-19, baik tahap pertama maupun tahap kedua,.
Oleh karena itu, Munawal Hadi mengajak masyarakat ikut menyukseskan program vaksinasi vaksin COVID-19. Serta tidak perlu khawatir dan mempercayai informasi negatif menyangkut vaksin COVID-19.
"Kami mengajak masyarakat mengikuti program vaksinasi vaksin COVID-19. Pemberian vaksin ini untuk menciptakan imunitas agar kebal terhadap COVID-19 yang kini masih mewabah," kata Munawal Hadi.
Tetap sehat setelah divaksin juga dirasakan Aldin Nl. Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Aceh ini juga merasakan tidak ada efek negatif setelah disuntik vaksin COVID-19 produksi Sinovac.
"Saya dan sejumlah pengurus dan staf Sekretariat KONI Aceh menjalani vaksinasi vaksin COVID-19 tahap pertama di Kantor Kesehatan Pelabuhan di kawasan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh, Senin (24/5)," kata Aldin Nl.
Usai disuntik, Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh bersama yang lainnya diminta menunggu sekitar 15 usai disuntik. Setelah waktu tunggu habis, tidak ada dampak negatif dirasakan.
Aldin diberi sertifikat vaksin tahap pertama. Sedangkan vaksinasi vaksin COVID-19 tahap kedua dijadwalkan dua pekan setelah vaksinasi tahap pertama di tempat yang sama.
"Meski banyak berprasangka negatif, vaksinasi merupakan upaya meningkatkan daya tahan tubuh terhadap COVID-19. Tetap sehat setelah vaksinasi dan selalu terapkan protokol kesehatan untuk memutuskan mata rantai virus corona yang dikenal dengan nama COVID-19 tersebut," kata Aldin Nl.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof Cissy Kartasamita mengatakan virus seperti Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) penyebab Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) sangat mudah dan sering mutasi. Mutasi dipercepat bila transmisinya juga mudah dan cepat.
Menurut Prof Cissy Kartasamita, empat varian tersebut adalah B117 yang ditentukan di Inggris, B1351 yang ditemukan di Afrika Selatan, P.1 di Brazil, dan B 1617-2 di India.
Lantas, apakah dengan munculnya varian COVID-19 menghentikan vaksinasi yang telah dilakukan? Prof Cissy Kartasamita menegaskan justru harus terus dilakukan vaksinasi bahkan diperluas cakupannya.
"Vaksinasi tetap bermanfaat untuk membentuk kekebalan tubuh menghadapi COVID-19. Justru segera capai cakupan setinggi mungkin persentasenya, bukan menyetop vaksinasi," kata Prof Cissy Kartasamita.
Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito memastikan sebagian besar mutasi virus corona tidak mengubah efektivitas vaksin COVID-19 secara signifikan.
Oleh karenanya, vaksinasi vaksin COVID-19 yang kini terus berlangsung tidak boleh ditunda, sekali pun ada kekhawatiran terhadap varian baru virus corona, kata Prof Wiku.
"Sebagian besar mutasi virus corona tidak secara material mengubah virulensi atau kemampuan virus untuk menimbulkan penyakit. Begitu juga tak mengubah efektivitas vaksin secara signifikan," ujar Prof Wiku.
Dia menjelaskan mutasi dan varian virus merupakan proses terjadinya kesalahan saat virus memperbanyak diri, sehingga bentuk virus anakan tidak sama dengan virus aslinya atau parental strain.
Varian adalah virus yang dihasilkan dari mutasi Corona. Jika varian pun menunjukkan sifat fisik yang baik, jelas maupun samar, dan berbeda dengan virus aslinya, maka varian dinamakan strain.
"Tujuan virus bermutasi untuk beradaptasi dengan lingkungan. Terkadang virus dapat muncul dan bertahan, tapi juga dapat muncul lalu menghilang. Ini karena tidak mampu menyesuaikan diri di lingkungan," pungkas Prof Wiku Adisasmito.
Pewarta: M Haris SAEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025