Banda Aceh (ANTARA) - Good Forest Indonesia (GFI) menggandeng Atsiri Research Center (ARC) Pusat Unggulan Iptek (PUIPT) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh sebagai konsultan pemberdayaan nilam di Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Kita menggandeng ARC karena merupakan lembaga riset yang memiliki keahlian teknis mendalam dalam pengembangan komoditas atsiri, khususnya nilam selama lebih dari 12 tahun," kata Direktur GFI, Fadhilah Hanum dalam keterangannya yang diterima, di Banda Aceh, Kamis.
Sebagai langkah awal, GFI telah melakukan Training of Trainer (ToT) bagi puluhan fasilitator yang dilatih langsung oleh Kepala ARC USK Syaifullah Muhammad, di Desa Sumur Mas Kecamatan Tewah Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Yayasan Good Forest Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang berkomitmen pada restorasi bentang alam dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah.
Fadhillah mengatakan, program GFI menyasar gerakan penanaman pohon pada kawasan mineral yang banyak menjadi lokasi tambang dan terjadi penebangan hutan.
GFI, mendorong masyarakat untuk melakukan penanaman pohon dengan konsep agroforestry sehingga memungkinkan proses recovery hutan sekaligus memberikan pendapatan bagi masyarakat.
Mereka, juga memperkenalkan nilam sebagai alternatif pendapatan jangka pendek untuk petani yang sudah bergabung dalam program reforestasi GFI.
"Tanaman nilam dipilih karena memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Dan, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, kita telah mengembangkan budidaya nilam yang dilengkapi dengan destilasi," ujarnya.
Baca: ARC USK kembali ekspor satu ton minyak nilam ke Prancis, bernilai Rp1,5 miliar
Ke depan, kata GFI menargetkan pengembangan program nilam di Kalimantan Tengah melalui program budidaya berbasis komunitas seperti memberikan pelatihan, pendampingan, distribusi bibit, pemantauan, serta memfasilitasi akses pasar.
Karena itu, menggandeng ARC karena pengalamannya dalam dalam riset, inovasi teknologi penyulingan, serta pendampingan petani menjadi nilai tambah guna memastikan keberhasilan program ini.
Kolaborasi ini, Fadhillah, mendorong GFI yang baru merintis program nilam di Kalimantan Tengah untuk dapat mengambil pembelajaran dari praktik baik yang sudah dilakukan ARC di Aceh.
"Hal ini juga selaras dengan tujuan GFI untuk mengembangkan industri nilam berbasis komunitas di Kalimantan Tengah," katanya.
Dalam jangka pendek, lanjut dia, GFI bakal memperluas program penanaman nilam di lahan petani binaan, sehingga menjadi sumber pendapatan alternatif bagi petani kecil di sana.
"Kita juga menargetkan terciptanya rantai nilai yang berkelanjutan untuk budidaya nilam berbasis masyarakat, di mana petani dapat terlibat dari hulu ke hilir," ujar Fadhillah.
Sementara itu, Kepala ARC USK Banda Aceh, Syaifullah Muhammad menegaskan memberikan dukungan penuh terhadap program pengembangan nilam GFI kedepannya.
"ARC akan berbagi pengalaman kepada GFI, mulai dari keberhasilan hasil riset hingga community development program nilam di Aceh," demikian Syaifullah Muhammad.
Baca: Prof Ahmad Erani sebut inovasi nilam ARC USK bisa jadi model hilirisasi nasional
Pewarta: Rahmat FajriEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025