Banda Aceh (ANTARA) - Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA mengklaim telah berhasil menekan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) hingga hanya tersisa empat ternak yang masih terpapar, diharapkan segera nol kasus.
“Alhamdulillah, PMK berhasil kita tekan. Berdasarkan data terbaru yang dilaporkan, per hari ini hanya tersisa empat kasus," kata Safrizal ZA, di Banda Aceh, Jumat.
Dirinya menyebutkan, PMK di Aceh sebelumnya menyerang sebanyak 2.692 ternak warga. Kemudian, 2.635 ekor diantaranya berhasil disembuhkan. Lalu, 19 ekor potong paksa, 34 ekor lainnya mati, dan sisa sakit empat ekor di Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Selatan.
Baca juga: Disnak: Ternak terjangkit PMK di Aceh tersisa 31 kasus
Safrizal ZA mengapresiasi Dinas Peternakan Aceh serta para tenaga kesehatan hewan di seluruh Aceh yang telah melakukan upaya maksimal dalam penanganan PMK di tanah rencong.
"Apresiasi tinggi kami sampaikan kepada Dinas Peternakan dan seluruh Nakeswan se Aceh yang telah mendukung, membantu dan bekerja sama pada kerja besar ini,” ujarnya.
Dirinya menuturkan, sejak wabah PMK mulai marak kembali di penghujung 2024 lalu, Pemerintah Aceh bersama kabupaten/kota terus berkoordinasi untuk menangani masalah tersebut.
Dirinya juga mengingatkan agar masyarakat khususnya peternak selalu mewaspadai wabah tersebut dengan melakukan berbagai upaya pencegahan seperti vaksinasi, jangan lengah, terus berkoordinasi dengan dinas terkait.
"Alhamdulillah, upaya kita membuahkan hasil maksimal. Target kita tentu saja harus zero case (nol kasus). Dan, tetap harus selalu waspada," kata Safrizal.
Baca juga: Dinas Pertanian Aceh Besar optimalkan sosialisasi dan vaksinasi PMK
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran menjelaskan, untuk proses vaksinasi PMK, dari total 1.000 dosis yang dihibahkan Pemerintah Pusat sudah 100 persen tersalurkan.
Sedangkan untuk alokasi 5.900 dosis vaksin tahap I telah disuntikkan ke 2.846 ternak masyarakat. Dan masih tersisa sebanyak 3.055 dosis.
“Sesuai arahan Pj Gubernur, penanganan dan pengawasan terus kita lakukan. Termasuk vaksin, masih kita salurkan ke ternak warga,” katanya.
Sebagai upaya pencegahan, kata Zalsufran, Pemerintah Aceh juga mengimbau masyarakat peternak untuk melaksanakan biosekuriti, yaitu pemisahan, pembersihan dan desinfeksi serta pembatasan pergerakan.
“Selain sosialisasi biosekuriti, kita juga tetap melakukan pengetatan lalulintas ternak di cek poin yang berada di perbatasan, yaitu Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Subulussalam,” ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, masyarakat diharapkan turut serta dalam upaya pencegahan PMK dengan rutin memberikan vaksin kepada ternak setiap enam bulan, memeriksanya secara rutin serta memberikan pakan berkualitas.
Selanjutnya, juga harus selalu membersihkan dan desinfeksi kandang, peralatan dan kenderaan secara rutin, serta mengelola limbah peternakan agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
“Jika menemukan ternak yang sakit dengan gejala air liur berlebih, luka pada mulut dan kuku, pincang atau ambruk dan hilang nafsu makan, segera laporkan ke Nakeswan,” demikian Zalsufran.
Baca juga: 90 persen sapi terinfeksi PMK di Aceh Timur sudah sembuh
Pewarta: Rahmat FajriEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025