Banda Aceh (ANTARA) - Hari itu, awal bagi dara kelahiran 2010 silam tersebut jauh dari keluarga. Ia menjadi satu dari 200 anak di Aceh Besar yang berkesempatan melanjutkan studi jenjang sekolah menengah atas (SMA) di Sekolah Rakyat.

Kesempatan bersekolah asrama dengan beragam fasilitas lengkap adalah pendidikan yang sangat mahal bagi pemilik nama lengkap Dina Anjalia.

Mata dara yang menetap di kawasan pesisir Aceh Besar itu mulai berkaca-kaca kala bercerita akan kesempatan yang dia dapatkan untuk bersekolah secara gratis di Sekolah Rakyat Menegah Atas (SRMA) 2 Aceh Besar.

"Ini merupakan pendidikan yang sangat tinggi. Kalau saya melanjutkan sekolah di luar sana pasti harus mengeluarkan biaya juga dan ini akan memberatkan orang tua," kata dara hitam manis itu dengan nada mulai parau.

Baca juga: Sekolah Rakyat Aceh Besar integrasikan pendidikan lewat tiga aspek

Ia menuturkan, informasi menjadi bagian dari penerima manfaat Sekolah Rakyat itu, ia terima dari pendamping program keluarga harapan (PKH). Keluarganya merupakan salah satu keluarga penerima manfaat program tersebut.

Penjelasannya terhenti sejenak, seraya menoleh ke kiri guna menyembunyikan rasa haru akan "karpet merah" yang disediakan pemerintah untuk menempuh pendidikan tingkat SMA dengan sistem asrama.

Mereka akan mendapat fasilitas penunjang di antaranya pemeriksaan kesehatan menyeluruh, pemetaan potensi bakat dan kekuatan individu berbasis akal imitasi (AI), penilaian akademik dan psikososial, asrama, makan tiga kali sehari, seragam, perlengkapan sekolah dan pendampingan pembelajaran digital.

"Alhamdulillah, saya senang dan bersyukur kepada Allah atas kesempatan ini," kata Dina seraya melepas senyum bahagia.

Menurut dia, dengan kondisi ekonomi orang tuanya yang bekerja sebagai nelayan yang kadang tangkapan melimpah dan terkadang pulang tanpa membawa hasil tangkapan, menjadi hal yang sulit ia bayangkan untuk pendidikannya.

Air matanya seakan membuncah saat mengisahkan keluarga, terutama pengorbanan ayahnya, seorang lelaki paruh baya, Anasri, yang menafkahi keluarga kecil mereka.

Ombak besar dan badai menjadi makanan sehari-hari baginya saat perahu yang menemaninya melaut demi asap mengepul setiap hari di rumahnya.

"Ayah kerja melaut dengan menggunakan boat milik saudara dan ibu ikut serta membantu meringankan beban ayah dengan berjuang kecil-kecilan di gampong," kata Dina.

Ia mengaku kedua orang tuanya juga sangat bersyukur akan kesempatan melanjutkan studi secara gratis di Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto.


Baca juga: Bupati Aceh Besar: Sekolah rakyat beri dampak positif untuk masyarakat
 

Sekolah rakyat bertujuan menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, mengacu pada Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Program tersebut menjadi langkah strategis pemerintah untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.

Di Kabupaten Aceh Besar, pelaksanaan Sekolah Rakyat dilakukan di dua titik yaitu Sentra Darussa’adah, Sekolah Rakyat Menengah Atas I Kabupaten Aceh Besar  di Kecamatan Darul Imarah dan di Indrapuri, Sekolah Rakyat Menengah Atas 2 Aceh Besar.

"Ayah dengan mamak sangat senang karena saya bisa lanjut sekolah secara gratis bantuan dari pemerintah," kata Dina.

Dari segi ekonomi Dina masuk dalam data penerima bantuan dari Pemerintah, tapi untuk akademik, ia merupakan siswi yang diperhitungkan di SMP Negeri 1 Masjid Raya, karena juara bertahan peringkat 2.

Dara yang akan berulang tahun pada 23 Juli 2025 itu berkesempatan untuk meraih mimpi menjadi guru, sama halnya dengan kakaknya yang bisa melanjutkan studi sampai perguruan tinggi dengan beasiswa KIP kuliah.

"Kakak jadi perawat dan cita-cita saya guru serta adik saya nanti dia mondok di dayah/pesantren," tutur siswa yang menyukai pelajaran biologi tersebut.

Dina yang saat ini duduk di kelas X-2 Sekolah Rakyat Menegah Atas (SRMA) 2 Aceh Besar mengaku akan belajar dengan yakin dan tekun untuk mengejar mimpi.

Dina Anjalia, Siswa Sekolah Rakyat Menegah Atas (SRMA) 2 Aceh Besar. (ANTARA/M Ifdhal)

Baca juga: Sekretariat Bersama: Butuh dukungan orang tua sukseskan Sekolah Rakyat

Baginya SRMA 2 Aceh Besar adalah bagian dari langkah merajut asa yang telah di tanam sejak duduk dibangku sekolah dasar.

Ia juga patut bersyukur di sekolah tersebut menekankan prinsip kesetaraan dan kebersamaan dalam pendidikan, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi.

Selama berada di asrama, mereka akan didampingi sepuluh pengasuh dan 17  guru yang akan membersamai pembelajaran serta mengasah berbagai potensi, minat dan bakat Dina dan seluruh siswa.

Selain Dina, juga ada Ulfa Mahera yang berasal dari Kecamatan Masjid Raya. Ia adalah anak dari Ibrahim yang saat ini terbaring karena sakit yang diderita.

Sakit yang diderita itu, mengakibatkan Ibrahim tidak mampu lagi mencari nafkah untuk keluarganya.

"Ayah dulu nelayan juga, tapi sekarang tidak bekerja lagi. Ibu tidak bekerja, abang yang ikut membantu kebutuhan keluarga," kata Ulfa dengan mata berkaca-kaca.

Ulfa terdiam sejenak mengatur nafas saat menceritakan kondisi keluarganya, termasuk dengan kesempatan yang didapat untuk meraih mimpi menjadi dokter.

Air matanya hampir keluar dari kelopak matanya kala itu, untung ada Dina yang ikut nimbrung sehingga ia kembali tertawa dengan sedikit suara serak.

Dina dan Ulfa merupakan dua dari 100 siswa yang SRMA 2 Aceh Besar yang ingin meraih mimpi di sekolah yang mengintegrasikan pendidikan formal, keterampilan hidup dan pemberdayaan ekonomi.

Kedua dara yang berdomisili dari daerah pesisir tersebut tidak pernah berkecil hati dan pantang menyerah untuk belajar meski bukan berasal dari keluarga berada.

Anak-anak dari ujung barat Indonesia kini bersiap menjalani pendidikan di asrama guna mewujud asa yang ingin diraih lewat sekolah cerdas bersama, tumbuh setara.

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Asa anak nelayan di ujung negeri

Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025