Banda Aceh (ANTARA) - Dirjen Bina Administrasi Kemendagri Kewilayahan Kemendagri, Dr. Safrizal, ZA menyatakan, ada banyak cara yang bisa dilakukan agar proses transisi sebuah pemerintahan berlangsung sukses, yakni kepemimpinan kolaboratif dan sinergi Forkopimda serta merangkul seluruh elemen masyarakat.

Kemudian kepemimpinan religius, dekat dengan ulama. Kepemimpinan Responsif, matang dalam kebijakan, 'agile' dalam pelaksanaan, serta kepemimpinan yang melayani.

"Kepemimpinan transisi juga mempunyai sejumlah tantangan, seperti situasi pandemi, belum tahu kapan berakhir. Potensi bencana alam, tidak bisa diprediksi tapi bisa dimitigasi, Kontestasi Politik, kondusivitas dan stabilitas Aceh jadi fokus utama dan iklim investasi," kata Dirjen Kemendagri di Darussalam, Banda Aceh, Jumat.

Pernyataan itu disampaikannya Saat menjadi pembicara utama dalam kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK) dengan tema 'Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah dalam Menjawab Tantangan Transisi Pemerintah Menuju Indonesia Sejahtera' yang dibuka Rektor USK, Prof Marwan.

Ia menjelaskan, sejak sekarang, kepemimpinan mulai dari daerah hingga pusat, sudah harus memastikan "Langkah Seabad Indonesia Emas" agar tahun 2045 hal ini menjadi kenyataan.

Menurut Safrizal, untuk maju mau tak mau musti ada investasi. Di mana dengan ada pabrik besar, ekonomi akan berjalan.

Karena itu harus ada kemudahan investasi dan trust, sebab Investasi tidak akan jalan kalau infrastruktur tidak cukup.

Ia mengatakan, Aceh punya peluang dan potensi, sehingga perlu fokus segmentasi apa yang hendak serius digarap.

Menurut dia Keberadaan dana otsus maupun UUPA, sesungguhnya menjadi kekuatan Aceh, tinggal bagaimana menjelaskannya dengan baik dan benar demi kemajuan di mata pusat.

"Kita punya peluang, tapi belum memanfaatkan dengan maksimal. Pemerintah pusat bisa adaptif dalam menerima lex spesialis Aceh, sepanjang bisa dijelaskan dengan baik," katanya.

Ia mengatakan, untuk membangun Aceh harus ada kerja sama semua pihak dan . bukan hanya tanggungjawab pusat maupun pemerintah daerah.

Ia meminta Aceh benar-benar fokus, apalagi tahun depan dana otsus tinggal satu persen, walaupun ada upaya untuk penambahan.

Rektor USK, Prof Marwan mengatakan, kegiatan tersebut menjadi medium pembelajaran bagi mahasiswa secara langsung dari ahlinya.

"Ini jadi kesempatan adik-adik mahasiswa belajar langsung dari sharing pengalaman tentang keahlian beliau, mengenai bina administrasi kewilayahan. Mungkin di teks ataupun buku, sudah sering mahasiswa baca, tapi pada praktiknya, tentu banyak hal lain yang mempengaruhi sebuah kebijakan," kata Prof Marwan.

Rektor mengatakan kehadiran Dr. Safrizal di Kemendagri telah memberikan banyak inovasi di kementerian tersebut dan menjadi sejarah tersendiri bagi kiprah putra Aceh di kancah nasional.

Ia berharap, perjalanan Safrizal menjadi sumber inspirasi untuk semua pihak. Terutama bekal untuk menulis tugas akhir atau pun jaringan magang di sana.



Pewarta: M Ifdhal
Editor : M Ifdhal
COPYRIGHT © ANTARA 2025