Banda Aceh (ANTARA) - Dewan Pakar Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Kita Kreatif) Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Marwan, memaparkan kajian mendalam tentang perkembangan dan potensi sektor pariwisata Aceh untuk mendukung ekonomi regional dalam International Business and Economics Conference (IBEC) ke-4.
“Kekayaan alam, budaya, dan identitas keislaman Aceh menjadi fondasi kuat bagi perkembangan pariwisata yang berkarakter dan berdaya saing. Berbagai destinasi alam seperti Pulau Rubiah di Sabang, Puncak Grapela di Aceh Selatan, Pulau Banyak di Aceh Singkil, Danau Laut Tawar di Aceh Tengah, hingga Taman Leuser di Aceh Tenggara menunjukkan keragaman lanskap yang mampu menarik minat wisatawan,” kata Prof Marwan dalam gelaran IBEC ke-4 di Medan, Sumatra Utara.
IBEC ke-4 ini digelar oleh Universitas Eka Prasetya Medan dengan tema "Inspiring Change: Innovation Together for the Future of the ASEAN Economy.
Konferensi internasional bergengsi ini menghadirkan para pembicara kunci dari berbagai universitas ternama di kawasan ASEAN dan dunia, di antaranya Prof Sipnarong Kanchanawongpaisan dari Shinawatra University (Thailand), Prof Fides del Castillo dari De La Salle University (Filipina), Dr Phan Bao Giang dari University of Economics and Finance (Vietnam), dan Prof Muhammad Hafiz Abd Rashid dari Universiti Teknologi MARA (Malaysia).
Para narasumber membahas berbagai isu strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan ASEAN, meliputi pemberdayaan UMKM dan ekonomi lokal, keberlanjutan dan ekonomi hijau, kebijakan ekonomi dan regulasi masa depan, kepemimpinan strategis dan kolaborasi regional, pendidikan dan kewirausahaan, serta pengembangan sumber daya manusia.
Dalam konferensi ini, Prof Marwan mengupas berbagai aspek penting dari industri pariwisata Aceh dengan membagi destinasi wisata berdasarkan tiga zona geografis yang memiliki karakteristik unik. Misalnya, kawasan Pantai Timur Aceh dipaparkan sebagai destinasi yang kaya akan warisan budaya dan tradisi, menawarkan jejak sejarah yang kuat, khazanah kuliner khas yang menggugah selera, serta dinamika kehidupan masyarakat lokal yang otentik.
“Kombinasi ini menjadikan Pantai Timur sebagai destinasi wisata budaya dan kuliner yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara,” katanya.
Ia melanjutkan bahwa wilayah dataran tinggi Aceh Tengah memiliki beragam destinasi wisata alam dengan udara yang sejuk dan pemandangan pegunungan yang memukau. Ketenangan suasana, keramahan masyarakat lokal, serta keharuman kopi Gayo yang telah mendunia menjadikan kawasan ini sebagai salah satu destinasi agrowisata dan ekowisata yang sangat potensial.
“Kopi Gayo tidak hanya menjadi daya tarik kuliner tetapi juga penggerak ekonomi lokal yang memberikan nilai tambah bagimasyarakat setempat”, katanya.
Sementara itu, kawasan Pantai Barat-Selatan Aceh disorot sebagai surga tersembunyi dengan panorama sunset yang spektakuler dan keindahan laut biru yang memesona. Destinasi ini menawarkan pengalaman wisata bahari yang masih alami, dengan potensi pengembangan wisata olahraga air, diving, dan surfing yang dapat menarik wisatawan petualang dari berbagai belahan dunia.
“Keindahan alam yang masih terjaga menjadikan kawasan ini memiliki daya saing tinggi dalam industri pariwista regional,” katanya.
Dalam paparannya, Prof. Marwan juga membahas berbagai tantangan dan peluang dalam pengembangan sektor pariwisata Aceh, termasuk pentingnya inovasi dalam promosi destinasi, peningkatan infrastruktur, pengembangan SDM pariwisata, dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor pariwisata.
“Penyelenggaraan festival tahunan, pengembangan transportasi wisata terpadu, promosi digital yang efektif, dan keterlibatan sektor swasta melalui investasi menjadi langkah strategis yang perlu dipercepat,” katanya.
Baca juga: Rumah Amal USK salurkan zakat Rp900 juta
Pewarta: Nurul HasanahEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025