Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya memberikan pelatihan pertanian cabai berbasis teknologi untuk petani dari berbagai daerah di Aceh.
"Pelatihan ini difokuskan pada peningkatan kapasitas teknis petani dalam budidaya cabai ramah lingkungan berbasis pertanian organik dan digital farming," kata Kepala KPwBI Aceh, Hertha Bastiawan, di Banda Aceh, Jumat.
Pelatihan budidaya pertanian cabai bertajuk “Subur Berkelanjutan” itu telah dilaksanakan pada 15-16 Oktober 2025 di Gampong Ujong Muloh, Kabupaten Aceh Jaya.
Kegiatan ini, bagian dari implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mendukung strategi 4K, yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Baca juga: Aceh Meuseuraya Festival ditutup, dikunjungi lebih dari 11 ribu orang dengan total penjualan Rp 2,49 miliar
Pelatihan ini diikuti sebanyak 30 petani dari kelompok Tani (Poktan) cabai Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Kota Subulussalam.
Hertha Bastiawan menyampaikan, pelatihan ini fokus pada peningkatan kapasitas teknis petani dalam budidaya cabai ramah lingkungan berbasis pertanian organik dan digital farming.
Peserta, mendapatkan pelatihan penerapan teknologi dekomposer microbacter alfafa (MA-11), produk hasil pengembangan SMK Pembangunan Pertanian (PP) Saree yang difasilitasi oleh Bank Indonesia sejak 2022 untuk pengolahan pupuk organik dari bahan alami.
"Penggunaan MA-11 terbukti meningkatkan unsur hara tanah, mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara alami, serta menghasilkan produk pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan," ujarnya.
Selain itu, petani juga diperkenalkan pada penerapan digital farming berbasis Internet of Things (IoT), yang memungkinkan pemantauan kelembaban tanah, suhu, serta rekomendasi pemupukan presisi melalui aplikasi ponsel.
"Dengan teknologi ini, petani dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas hasil panen sekaligus mengurangi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan," katanya.
Hertha menuturkan, cabai merah merupakan salah satu komoditas utama penyumbang inflasi di Aceh, dengan andil inflasi bulanan mencapai 0,68 persen pada September 2025, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 0,15 persen. Fluktuasi harga cabai juga masih tinggi, dengan volatilitas rata-rata mencapai 30 persen.
Dirinya menegaskan, Bank Indonesia terus berkomitmen bersinergi dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga pangan strategis serta memperkuat kemandirian pangan daerah.
"Karena itu, penguatan kapasitas petani, pemangkasan rantai pasok, dan penerapan inovasi pertanian berkelanjutan menjadi kunci menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani,” demikian Hertha Bastiawan.
Baca juga: Meuseuraya Festival 2025, laboratorium edukasi transaksi digital halal UMKM hingga wakaf
Pewarta: Rahmat FajriEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025