Banda Aceh (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh bersama kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Aceh meluncurkan program pengalihan dari tanaman narkotika ganja ke komoditi pertanian cabai di wilayah Kabupaten Aceh Besar.
"Program ini untuk menanggulangi kebiasaan masyarakat dari menanam ganja menjadi tanaman produktif pertanian sebenarnya," kata Kepala BNNP Aceh Brigjen Pol Marzuki Ali Basyah di Aceh Besar, Rabu.
Program yang diberi nama dengan Berdikari Tani (Bersih dari narkoba, mandiri dalam ketahanan pangan dan inflasi) tersebut berlokasi di Gampong Leungah, Kecamatan Seulimuem, Kabupaten Aceh Besar.
Adapun komoditas pertanian yang ditanam adalah cabai, dengan total lahan dipersiapkan seluas 10 hektare. Untuk langkah awal ini baru ditanami cabai seluas tiga hektare, nantinya terus berlanjut.
Dirinya mengatakan, dengan adanya program Berdikari Tani tersebut, diharapkan masyarakat dapat berberbondong-bondong untuk beralih menjadi pertanian sebenarnya, dan bakal didukung sepenuhnya baik berupa pelatihan maupun peralatan.
Marzuki menegaskan, sebagai langkah awal, hanya dilaksanakan pada satu kecamatan dulu yang berpotensi banyak tanaman ganja, dan program ini juga bakal terus berlanjut.
"Jadi kita cari yang potensi-potensi berdasarkan hasil survei lahan, survei udara, di daerah mana banyak tanaman ganja itu dulu yang kita fokuskan," ujarnya.
Dirinya berharap, kepada masyarakat di Aceh Besar khususnya di Kecamatan Seulimeum untuk berhenti menanam ganja yang akan merusak generasi bangsa.
"Mari kita cegah sama-sama, karena pintu masuk kejahatan itu ada di narkoba, dan mari beralih ke pertanian yang lebih makmur," kaya Brigjen Pol Marzuki.
Sementara itu, Plh Kepala Perwakilan BI Aceh, Hertha Bastiawan mengapresiasi kerja sama yang terjalin antara BI dengan BNNP Aceh dalam rangka mendorong pengembangan alternatif dengan area yang selaras dengan tugas dan fungsi masing-masing lembaga.
Program inovasi Berdikari Tani ini, kata Hertha, dirancang sebagai upaya nyata untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus memperkuat ketahanan sosial masyarakat.
"Kolaborasi ini kami harapkan mendapat dukungan dari seluruh pihak, terutama pemerintah daerah setempat agar program ini berjalan dan berlangsung dengan baik," katanya.
Dirinya menuturkan, Gampong Leungah dipilih sebagai lokasi pelaksanaan program Berdikari Tani karena memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan punya semangat tinggi untuk meningkatkan keterampilan bertani.
Selain itu masyarakat setempat juga terbuka terhadap penerapan teknologi pertanian modern, sehingga sangat tepat untuk dijadikan percontohan pengembangan klaster pangan.
Untuk mendukung peningkatan kapasitas petani, program ini juga dilaksanakan melalui sosialisasi dan pelatihan instalasi irigasi tetes kepada 30 orang anggota gabungan kelompok tani (Gapoktan) Leungah.
"Pelatihan ini akan memberikan pemahaman teknis mengenai desain, pemasangan, dan perawatan irigasi tetes, disertai praktik langsung di lahan," ujarnya.
Selain itu, BI Aceh juga memberikan sarana dan prasarana pertanian berupa tiga unit traktor tangan yang dapat dimanfaatkan bersama oleh anggota Gapoktan guna pengolahan lahan.
Dengan kombinasi pelatihan, pendampingan, dan dukungan sarpras ini, program diharapkan dapat menjadi model pengembangan pertanian berkelanjutan, menjaga stabilitas harga pangan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat.
Bank Indonesia berharap program Berdikari Tani tidak hanya sebagai solusi menjaga pasokan dan stabilitas harga pangan, tetapi juga menjadi bagian dari pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan.
"Ke depan, semoga program ini dapat direplikasi di wilayah lain dan menjadi contoh nyata bagaimana sinergi lintas sektor mampu menghadirkan manfaat yang luas bagi masyarakat Aceh," demikian Hertha Bastiawan.
Pewarta: Rahmat FajriEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025