Banda Aceh (ANTARA) - Bupati Aceh Besar Muharram Idris menyatakan penurunan stunting di kabupaten itu tidak cukup dengan kecerdasan teknis, tapi butuh kepedulian bersama.

"Butuh jiwa kepedulian dan keberanian untuk bertindak nyata untuk  menyelamatkan generasi kita,” kata Muharram Idris di sela-sela membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Aceh Besar Tahun 2025, di Kantor Camat Darul Imarah, Selasa.

Ia menjelaskan stunting tidak hanya terjadi pada masa faktor kehamilan, tapi justru banyak muncul setelah anak memasuki usia satu hingga dua tahun, saat mulai makan makanan pendamping ASI.

Karena itu ia mengajak seluruh unsur TPPS agar memiliki semangat militansi dan tidak hanya aktif dalam forum-forum formal semata.

“Kita butuh militansi, semangat perjuangan. Jangan hanya aktif dalam ruangan, tapi hadir di masyarakat. Jangan biarkan stunting menjadi warisan masa depan kita,” katanya.

Bupati juga berharap rapat koordinasi itu bisa menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor, serta menumbuhkan semangat baru dalam menghadapi tantangan penurunan stunting.

“Jika semua elemen bergerak dengan semangat dan sinergi, saya yakin kita bisa turunkan angka stunting dan mewariskan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas,” kata Muharram.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKBPP dan PA) Kabupaten Aceh Besar, Fadhlan menyebutkan  berdasarkan data dari posyandu, angka stunting di Aceh Besar masih berada di kisaran 16,1 persen. 
“Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah. Karena itu, kita harus menyatukan langkah, tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah pusat dan Pemerintah Aceh akan mengawasi secara ketat pelaksanaan program ini,” kata Fadhlan.

Pihaknya menyampaikan apresiasi atas komitmen kuat yang ditunjukkan pimpinan daerah dan seluruh pemangku kepentingan dalam menurunkan angka stunting.

Baca juga: Dinkes: Prevalensi stunting di Aceh Besar turun 1 persen



Pewarta: M Ifdhal
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025