Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar mencatat prevalensi stunting di daerah itu pada April sebesar 16,7 persen atau turun dari Januari 2025 sebesar 17,7 persen menyusul gencarnya intervensi yang dilakukan pemerintah setempat.

“Salah satu penyebab turunnya angka stunting di Aceh Besar adalah maksimalnya intervensi yang dilakukan melalui gerakan timbang serentak di seluruh Aceh Besar,” kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Besar, Anita di Lambaro, Senin.

Ia menjelaskan berdasarkan data surveilans gizi sistem elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) angka prevalensi stunting sampai bulan April 2025 di Kabupaten Aceh Besar 16,7 persen.

Ia mengatakan gerakan timbang serentak yang dilakukan oleh Pemkab Aceh Besar dengan sasaran 29.260 anak dengan realisasi 28.228 anak merupakan bagian dari deteksi dini terhadap intervensi stunting yang dilakukan daerah setempat.

Pihaknya juga terus melakukan intervensi sebab menurut data ada sebanyak 2.575 anak yang masuk dalam ketagori Wasting. Wasting adalah masalah kekurangan gizi yang terjadi dalam waktu singkat atau akut yang mengacu pada penurunan berat badan anak secara signifikan dalam periode waktu yang relatif singkat.

Anita yang turut didampingi Penanggungjawab program gizi Dinkes Aceh Besar Eki Junaidi menambahkan ada beberapa strategi yang dilakukan untuk mencegah stunting yakni program intervensi yang dimulai dari remaja hingga ibu hamil seperti memberikan pemeriksaan HB, pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri minimal 25 tablet setahun, calon pengantin juga diberi penyuluhan dan pemahaman agar siap untuk hamil.

Kemudian pemberian susu dan telur serta meningkatkan pemahaman orang tua terhadap kebutuhan gizi bagi anak baik saat usia kandungan hingga melahirkan.

Baca juga: BKKBN sasar 1.158 keluarga risiko stunting di Gayo Lues



Pewarta: M Ifdhal
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025