Banda Aceh (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh menargetkan sebanyak 38.004 anak asuh yang terampu dalam program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) pada tahun 2025.
“Di tahun 2025 ini, kita targetkan sebanyak 38.004 anak dari keluarga berisiko stunting untuk menjadi anak asuh pada program Genting untuk menekan angka stunting di Aceh,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, di Banda Aceh, Senin.
Dia menjelaskan, Genting sendiri merupakan program dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) yang bertujuan meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pencegahan stunting.
Baca juga: Pemkab Nagan Raya gelar pekan pelayanan KB bagi masyarakat
Dalam program ini, masyarakat baik dari individu, lembaga, maupun komunitas diajak untuk berperan menjadi Orang Tua Asuh (OTA) bergotong royong untuk mengasuh anak berisiko stunting dengan membantu mendukung dana pemenuhan gizi mereka.
“Jadi orang tua asuh ini tidak memakai dana pemerintah, tetapi melalui CSR dari para OTA. Karena, sifatnya gotong royong,” katanya.
Lebih lanjut, Safrina menyampaikan bahwa dana yang didonasikan OTA dapat disalurkan dalam berbagi bentuk antara lain, pemberian makanan lengkap siap santap Rp15 ribu per hari untuk anak asuh dalam periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK), pembangunan jamban dan rumah layak huni dan, serta pembangunan sumur bor.
“Tahun lalu, sudah ada 500 jamban yang dibangun pakai data BKKBN menggunakan dana dari Baitul Mal karena stunting ini tidak hanya nutrisi saja, tetapi bagaimana lingkungan dan sanitasi seperti jamban dan ketersediaan air bersih,” katanya
Dia mengungkapkan bahwa saat ini sekitar 800 orang ASN di BKKBN Aceh telah bersedia menjadi OTA. Mereka berkomitmen memberikan donasi yang disalurkan langsung kepada keluarga dengan anak berisiko stunting.
"Untuk Aceh seluruh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PKLB) dan ASN BKKBN menjadi OTA, kami udah punya komitmen yang ditandangani setiap bulannya selama 6 bulan, menyisihkan gaji untuk berdonasi yang uangnya untuk membantu keluarga berisiko stunting,” katanya.
Baca juga: BKKBN Aceh gelar forum teknis penurunan stunting di Aceh Barat
Secara rinci, target Genting di Aceh pada 2025 sebanyak 263 anak asuh di Kota Sabang, 781 anak di Kota Banda Aceh, 2.610 anak di Aceh Besar, 1.907 anak di Pidie Jaya, 4.888 anak di Pidie, 762 anak di Aceh Jaya, dan 4.568 anak di Bireuen.
Kemudian, 980 anak di Kota Lhokseumawe, 5.676 anak di Aceh Utara, 964 anak di Bener Meriah, 1.206 anak di Aceh Tengah, 1.135 anak di Nagan Raya, 1.140 anak di Aceh Barat, 2.384 anak di Aceh Timur, 1.158 anak di Gayo Lues, dan 1.088 anak di Aceh Barat Daya.
Selanjutnya, 1.247 anak di Aceh Selatan, 1.136 anak di Aceh Tenggara, 1.414 anak di Aceh Tamiang, 625 anak di Kota Langsa, 1.136 anak di Aceh Tenggara, 781 anak di Kota Subulussalam, dan 805 anak di Aceh Singkil.
Safrina juga menyampaikan bahwa angka prevalensi stubting Aceh terus menurun setiap tahunnya. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2022, prevalensi stunting Aceh turun sebesar 1,8 poin dari angka 31,2 persen menjadi 29,4 persen pada tahun 2023.
Meskipun turun, dia mengatakan masih ada 11 kabupaten/kota di Aceh yang prevalensi angka stuntingnya justru berada di atas 29,4 persen, yakni Pidie, Kota Subulussalam, Aceh Timur, Aceh Besar, Simeuelue, Nagan Raya, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Bireuen, Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Singkil, dan Aceh Tamiang.
“Yang paling tinggi itu Aceh Selatan angka prevalensi stuntingnya mencapai 40,2 persen, sedangkan yang paling tinggi turunnya itu di Gayo Lues 15,4 persen,”katanya.
Karena itu, dia mengajak masyarakat baik individu, lembaga, maupun komunitas untuk bergotong royong melakukan intensifikasi pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh dengan menjadi orang tua asuh.
“Ini strategi yang penting untuk percepatan stunting dengan menjadi OTA,” katanya.
Baca juga: BKKBN: Posyandu garda terdepan pencegahan stunting di Aceh
Pewarta: Nurul HasanahEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025