Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh meluncurkan aplikasi SIKULA (Sistem Informasi Tugas Belajar) dalam rangka mendigitalisasi pengelolaan tugas belajar aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemerintahan setempat.
"Aplikasi ini dihadirkan sebagai bagian dari transformasi digital dalam layanan kepegawaian, khususnya mendukung peningkatan kapasitas ASN di Aceh," kata Asisten III Sekda Aceh, Muhammad Diwarsyah, di Banda Aceh, Rabu.
Diwarsyah mengatakan, peluncuran aplikasi SIKULA ini menjadi langkah strategis dalam mewujudkan ASN yang kompeten, berdaya saing, dan memiliki semangat untuk terus belajar.
Karena, pembangunan sumber daya manusia adalah fondasi utama dalam membentuk birokrasi yang profesional dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Salah satu strategi penting pengembangan ASN adalah melalui program tugas belajar. Ini bukan hanya soal pendidikan formal, tapi membentuk aparatur yang visioner dan siap menghadapi tantangan zaman,” ujarnya.
Ia menyebutkan, digitalisasi ini sebagai jawaban atas berbagai kendala administratif yang selama ini memperlambat proses tugas belajar ASN. Dengan sistem ini, perencanaan SDM pada setiap Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) bisa lebih tepat sasaran, transparan, dan terukur.
Aplikasi SIKULA ini, juga bagian dari implementasi Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), sekaligus bagian dari upaya membangun Sistem Informasi Aceh Terpadu (SIAT).
Serta, sebagai komitmen bersama Pemerintah Aceh dalam menciptakan ASN Aceh yang unggul, cerdas, dan siap membangun masa depan daerah yang lebih baik.
“Semoga aplikasi ini menjadi inspirasi semua SKPA untuk terus berinovasi dalam pelayanan publik,” kata M Diwarsyah.
Sementara itu, Plh Kepala BPSDM Aceh, Henny Sri Wahyunungasih menjelaskan, platform tersebut menghadirkan sistem digital terintegrasi yang mengatur seluruh siklus tugas belajar ASN mulai dari perencanaan, pengajuan, monitoring, hingga evaluasi.
Inisiatif ini penting mengingat pengelolaan tugas belajar ASN selama ini masih banyak mengalami kendala. Seperti lemahnya sistem monitoring dan kesulitan rekapitulasi data yang dibutuhkan pimpinan karena belum adanya integrasi digital.
“Selama ini pemantauan tugas belajar belum optimal. Data tidak real-time, pelaporan ke pimpinan tidak akurat, dan proses pengajuan terlalu lambat. Ini lah yang coba kita benahi melalui aplikasi SIKULA,” demikian Henny Sri Wahyunungasih.
Baca juga: PEMA targetkan 100 ribu hektare untuk kawasan pengembangan karbon
Pewarta: Rahmat FajriEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025