Banda Aceh (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy Kota Banda Aceh terus berupaya mengoptimalkan penyediaan layanan air bersih bagi masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya, yang kini tingkat cakupan layanan bagi penduduk sudah mencapai 86 persen.

Direktur Utama PDAM Tirta Daroy Banda Aceh T Novizal Aiyub di Banda Aceh, Jumat, mengatakan saat ini PDAM Tirta Daroy memiliki 55 ribu pelanggan di Banda Aceh dan juga Aceh Besar.

“Cakupan kita sudah jauh di atas rata-rata nasional. Dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, Banda Aceh itu sudah lebih bagus, bagus dari kualitas air, begitu juga covered sudah 86 persen,” ujarnya.

Baca juga: Gelar demo, mahasiswa Takengon desak Direktur PDAM Tirta Tawar dicopot

Ia menjelaskan PDAM Tirta Daroy dapat memproduksi air sekitar 800 liter per detik atau sama dengan 60 ribu meter kubik per hari. Produksi ini sesuai dengan kapasitas maksimal Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirta Daroy.

Sebenarnya secara data, ketersediaan air di PDAM Tirta Daroy cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Banda Aceh sekitar 270 ribu orang, dan bahkan masyarakat Aceh Besar di sekitar Banda Aceh.

Namun yang menjadi persoalan ialah distribusi air belum merata. Terutama, bagi penduduk di wilayah jauh dari pipa distribusi sumber air dari layanan PDAM Tirta Daroy seperti wilayah Meuraxa, Ulee Lheu, dan berbagai wilayah lain.

“Jadi sebenarnya air kita masih cukup. Tapi masalah utama kita adalah belum merata, belum semua orang dapat air 24 jam. Itu masalah utama kita, bukan tidak ada air. Tapi distribusi tidak merata,” ujarnya.

Hal ini, menurut Novizal, disebabkan karena para pelanggan menggunakan mesin pompa air untuk mengaliri air ke rumah masing-masing. Padahal, apabila tidak menggunakan mesin pompa air, maka semua kebutuhan air bagi warga akan tercukupi dengan baik.

Secara aturan, para pelanggan dilarang menggunakan mesin pompa air untuk menyedot air PDAM, pihaknya dapat menyita. Tentunya hal ini diharapkan menjadi perhatian bersama dalam upaya edukasi agar distribusi air bagi masyarakat merata.

“Oleh karena itu, sekarang kita punya program setiap sambungan itu harus ada bak tampung dalam tanah yang pakai pelampung, jadi semua air akan masuk ke bak,” ujarnya.

Di sisi lain, PDAM Tirta Daroy juga menghadapi tantangan pertumbuhan perumahan di Banda Aceh yang semakin bertambah, sehingga membuat kebutuhan air warga meningkat, sedangkan dari segi kapasitas PDAM tidak ada penambahan.

Hal ini juga membuat distribusi air ke penduduk semakin kecil, apalagi ada warga yang menyedot pakai mesin pompa air.

“Rata-rata per tahun muncul 2.000 rumah baru, sedangkan kita tidak tambah satu liter pun kapasitas kita,” ujarnya.

Selain itu, Banda Aceh juga menghadapi ancaman krisis air. Kini, sumber baku air dari PDAM Tirta Doroy hanya dari sungai atau Krueng Aceh yang saat ini kondisi bahan baku air sudah semakin menipis.

“Sumber masalah utama kita memang air baku, itu sebabnya kita berharap pemerintah pusat atau pemerintah Aceh ikut beri peran,” ujarnya.

Dengan berbagai tantangan itu, ia berharap rencana pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional antara dua daerah yakni Banda Aceh dan Aceh Besar dapat segera terwujud, guna mengoptimalkan layanan air bersih bagi penduduk.

Kata dia, pembangunan SPAM regional ini merupakan kewenangan pemerintah provinsi. Rencananya, pembangunan dimulai pada tahun 2026 atau 2027, dengan bahan baku air akan diambil dari sungai atau Krueng Brayeun, Aceh Besar. 

“Rencananya dibangun untuk memproduksi 400 liter per detik, maka 200 liter untuk Banda Aceh dan 200 liter untuk Aceh Besar. Nanti produksinya dikelola oleh provinsi. Maka 200 liter per detik itu bisa untuk 15-20 ribu sambungan baru, kita berharap ini bisa mengurangi beban kita di sini,” ujarnya.

Baca juga: Pj Bupati: Venue kurash di Aceh Besar rampung



Pewarta: Khalis Surry
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025