"Menanggapi naik harga BBM, KNTI Aceh meminta Pemerintah Aceh untuk membangun SPBN di setiap kabupaten/kota, untuk memudahkan akses nelayan kecil dalam mendapatkan BBM," kata Ketua KNTI Aceh Azwar Anas di Banda Aceh, Sabtu.
Ia menjelaskan kenaikan harga yang diumumkan pemerintah per hari ini sangat memberatkan nelayan tradisional, lantaran tidak semua nelayan menggunakan BBM jenis Solar untuk melaut, tetapi juga jenis pertalite.
Apalagi, kata dia, hasil pantauan KNTI, sebagian SPBU di Tanah Rencong juga tidak memberikan BBM jenis pertalite untuk nelayan tradisional yang membeli menggunakan jerigen.
Kemudian, lanjut dia, kondisi perubahan iklim juga sangat berpengaruh pada hasil tangkapan yang lebih sedikit sehingga berdampak berat terhadap keberlangsungan perekonomian nelayan tradisional.
"Kesanggupan nelayan dalam membeli BBM tergantung situasi mereka melaut. Bila cuaca memburuk maka untuk membeli BBM mereka harus mengutang dan itu paling cuma 8-10 liter kesanggupannya," katanya.
Azwar menambahkan, kapal di bawah 3 GT, nelayan membutuhkan Solar sebanyak 32 liter untuk sehari melaut dengan jarak 12 mil dari bibir pantai. Sedangkan kapal 5 GT membutuhkan Solar mulai 100-150 liter untuk durasi tiga hari melaut.
"Bahkan bisa lebih, kalau hasil tangkapan kurang, sehingga harus tambah hari lagi laut. Kalau kebutuhan pertalite begitu juga 32 liter," katanya.
Oleh sebab itu, KNTI Aceh meminta kepada pemerintah Aceh untuk memprioritaskan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil, terutama dalam realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) perubahan 2022 dan APBA tahun 2023.
Kata dia, realisasi ini harus diprioritaskan pada pemberdayaan ekonomi UMKM atau kelompok masyarakat kecil serta membangun infrastruktur yang memudahkan nelayan untuk melaut.
"Seperti pengurukan kuala dangkal dan membangun tambatan kapal atau boat dan juga BLT (bantuan langsung tunai) jangan sampai salah sasaran," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah menyesuaikan harga BBM subsidi pertalite menjadi Rp10 ribu per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter mulai Sabtu pukul 14.30 WIB, kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Menteri Arifin dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu, mengatakan pemerintah juga menyesuaikan harga BBM subsidi untuk solar dari Rp5.150 rupiah per liter menjadi Rp6.800 per liter.
Kemudian, untuk BBM non-subsidi, pemerintah pemerintah menyesuaikan harga pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
“Ini berlaku satu jam sejak saat diumumkannya penyesuaian harga ini jadi akan berlaku pukul 14.30 WIB,” kata Arifin.
Pewarta: Khalis SurryEditor : Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA 2025