Aceh Tamiang (ANTARA) - Puluhan massa yang menamakan diri dari Forum Masyarakat Aceh Tamiang (Format) menggelar unjuk rasa di depan pintu gerbang kantor pusat PT Pertamina EP Rantau Field di Rantau,  Aceh Tamiang, Senin.

Massa tiba dengan menaiki mobil bak terbuka dan sepeda motor serta membawa spanduk. Di bawah pengawalan ketat aparat kepolisian Polres Aceh Tamiang dan security PT Pertamina EP Rantau.

Dalam aksi ini, massa menuntut percepatan alih kelola Wilayah Kerja (WK) minyak dan gas bumi (Migas) Rantau.

Petisi demonstran ini didasari MoU Helsinki tahun 2025 dan UU Nomor 11/2006 tentang UUPA. Kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 23/2015 tentang Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA).

"Hari ini atas nama MoU Helsinki kami datang dengan misi damai menegaskan bahwa pengelolaan migas di Aceh dilakukan oleh BPMA bukan SKK Migas," teriak salah satu koordinator aksi, Khairul Fadli.

Para pendemo dari berbagai lembaga,  komunitas dan aktivis mahasiswa ini, menilai bahwa operasi SKK Migas di Aceh adalah bentuk penjajahan ekonomi dan ilegal secara politik dan hukum. 

Selain itu, massa juga mempertanyakan transparansi penyaluran dana Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Rantau dan diminta menghormati kekhususan Aceh atas sumber daya alam.

Apabila tuntutan tersebut diabaikan massa Format siap melakukan aksi penyegelan Pertamina EP Rantau sebagai simbol perlawanan bahwa rakyat Aceh menolak dominasi pusat atas SDA Aceh.

Baca: Temui Menteri ESDM, BPMA minta percepatan alih kelola migas Blok Rantau

"Operasi SKK Migas di Aceh sama dengan ilegal. WK Rantau adalah hak rakyat Aceh, alihkan ke BPMA sekarang juga," kata Khairul.

Setelah membacakan pernyataan sikap, massa diterima perwakilan Pertamina Rantau yakni, Asmen Pertamina EP Rantau Field Hendrik. Namun sejumlah koordinator aksi menolak karena Asmen tidak punya kebijakan.

Hendrik di tengah kerumunan massa berjanji akan meneruskan semua tuntutan pengunjuk rasa kepada atasan hingga pimpinan Pertamina di pusat.

"Saya mewakili pimpinan Pertamina di sini untuk menyambut aspirasi adik-adik sekalian. Saat ini bapak FM (Field Manager) Pertamina EP Rantau sedang tidak ditempat karena ada  mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan DPRK Aceh Tamiang," kata Hendrik.

Tidak puas dengan jawaban Asmen, massa terus merangsek masuk pintu gerbang utama mendesak perusahaan plat merah itu dapat menghadirkan FM. 

Pada momen itu, Asmen praktis tidak diberi kesempatan memberikan keterangan lebih banyak karena dianggap tidak memiliki kapasitas.

Tetapi, massa tetap bersikukuh mau jumpa FM dan bersedia menunggu pulang RDP. 

Karena tidak ditemui FM hingga shalat zuhur, massa akhirnya membubarkan diri dengan tertib meninggalkan komplek Pertamina Rantau menuju gedung DPRK.

Baca: Menanti kesejahteraan dari hulu migas, asa baru dari sumur rakyat
 



Pewarta: Dede Harison
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025