"Artinya, perdamaian itu tidak hanya memberi makna bahwa konflik sudah berakhir, tapi bagaimana pemerintah benar-benar bisa memberikan kenyamanan serta meningkatkan kesejahteraan kepada masyarakat," katanya di Banda Aceh, Jumat.
Hal tersebut disampaikan menanggapi pertanyaan terkait peringatan sembilan tahun nota kesepahaman bersama (MoU) yang ditandatangani pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan perwakilan Pemerintah Pusat di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005.
Memang kini, jelas Sulaiaman Abda masyarakat Aceh dari kota sampai ke pelosok desa sudah menikmati perdamaian dengan hidupnya aktivitas selama 24 jam, tanpa rasa takut tidak seperti masa konflik puluhan tahun di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
"Situasi keamanan yang cukup kondusif hari ini di Aceh sangat mengembirakan bagi masyarakat, mereka bebas mencari rezeki meski sampai ke hutan. Berbeda saat konflik, warga terutama di pelosok desa hidup dalam suasana ketakutan dan rentan menjadi sasaran pihak bertikai," kata politisi Partai Golkar Aceh itu.
Akan tetapi, Sulaiman Abda menjelaskan di usia sembilan tahun perdamaian Aceh menjadi harapan masyarakat provinsi ini harus maju diberbagai sektor untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari wilayah lain di Indonesia.
"Kedepan, Pemerintah Aceh saya pikir lebih baik fokus pada program peningkatan ekonomi, sebaliknya tidak perlu mengurus hal-hal yang dirasakan tidak penting bagi masyarakat. Itu perlu untuk mengingatkan kita bahwa konflik panjang masa lalu telah membuat ekonomi, dan pendidikan Aceh anjlok," katanya menambahkan.
Jika ekonomi Aceh sudah kuat, dan pendidikan maju maka kesejahteraan rakyat akan terwujud sehingga juga dapat menciptakan suasana aman dan nyaman di provinsi berpenduduk sekitar 5 juta jiwa tersebut, kata Sulaiman Abda.
Apalagi, ia menyebutkan kedepan pendapatan Aceh dari minyak dan gas akan terus menurun menyusul menyusutnya ladang-ladang migas tersebut. Jadi, jika dalam beberapa tahun ini pemerintah fokus membangun sektor ekonomi maka Aceh kedepan tetap memiliki pendapatan yang besar tanpa mengandalkan sumber dari migas.
Pewarta : Azhari
Editor : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025