Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Selatan sedang membangun "cold storage" (tempat pendingin ikan) berkapasitas 100 ton di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Labuhan Tarok, Kecamatan Meukek.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Selatan, Cut Yusminar kepada wartawan di Tapaktuan, Kamis mengatakan, cold storage yang dibangun dengan dana APBN tahun 2017 senilai Rp15 miliar lebih tersebut merupakan jenis termodern kelas internasional.

"Bisa dibilang proyek ini yang pertama ada di Provinsi Aceh. Memang program serupa juga digagas di Kabupaten Simeulue tahun 2017, namun realisasinya di lapangan lebih cepat Aceh Selatan," kata Cut Yusminar.

Proyek yang sepenuhnya didanai melalui sumber APBN ini, lanjut Cut Yusminar, langsung dilelang dipusat (oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan pemenangnya merupakan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sejauh ini realisasi pekerjaan proyek tersebut sudah mencapai 60 persen lebih dan ditargetkan akan selesai pada akhir bulan Desember 2017.

"Infrastruktur untuk menunjang sektor kelautan ini direncanakan akan difungsikan pada bulan Januari 2018," ujarnya.

Dikatakan, keberhasilan membangun mega proyek tercanggih tersebut tidak terlepas dari upaya lobi dan diplomasi yang dibangun dengan pihak-pihak terkait di Jakarta.

Selain membangun komunikasi dan koordinasi yang intens dengan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan, ia juga melakukan lobi anggaran yang maksimal dengan komisi terkait di DPR RI.

Selain telah berhasil melobi proyek tersebut, sambung Cut Yusminar, pihaknya juga telah berhasil melobi proyek cold storage berkapasitas 50 ton di PPI Labuhanhaji dan 10 ton di PPI Lhok Pawoh, Kecamatan Sawang juga sumber APBN tahun 2016.

"Cold storage yang di PPI Labuhanhaji dan Lhok Pawoh tersebut, Alhamdulillah saat ini sudah mulai beroperasi," sebutnya.

Dia berharap dengan telah adanya fasilitas cold storage tersebut, dapat menambah dan meningkatkan perekonomian para nelayan di daerah itu. Karena hasil produksi tangkapan ikan nelayan yang melimpah sudah dapat disimpan dan diawetkan dalam mesin pendingin, sehingga mampu meminimalisir persoalan ikan membusuk jika disimpan dalam waktu lama.

"Selama ini para nelayan di daerah ini sering menanggung kerugian besar karena terpaksa harus melepaskan ikan segar ke agen pengumpul di Medan, Sumatera Utara secara cepat-cepat meskipun kondisi harga sedang murah (turun). Namun setelah ada mesin pendingin ikan ini, maka hasil tangkapan ikan nelayan sudah bisa disimpan dalam jangka waktu lama disaat harganya sedang turun," papar Cut Yusminar.

Berdasarkan catatan, hasil produksi tangkapan ikan segar oleh nelayan Aceh Selatan mencapai ratusan ton setiap bulannya. Ikan-ikan tersebut, kata dia, merupakan terdiri dari jenis ikan kualitas super yang bisa diekspor.

"Kabupaten Aceh Selatan yang memiliki garis pantai terpanjang di Aceh memiliki potensi sumber daya alam sektor kelautan sangat melimpah ruah. Makanya kami memprioritaskan pembangunan sejumlah fasilitas infrastruktur untuk menunjang sektor tersebut," kata dia.



Pewarta: Hendrik

COPYRIGHT © ANTARA 2025