Banda Aceh (ANTARA) - Bea Cukai Lhokseumawe mendistribusikan bantuan kemanusiaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kepada masyarakat korban bencana banjir dan longsor di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Kepala Kantor Bea Cukai Lhokseumawe Agus Siswadi di Bener Meriah, Selasa mengatakan pengiriman bantuan tahap lanjutan ini di tengah kondisi lapangan yang hingga kini masih memprihatinkan, baik dari sisi infrastruktur, logistik, maupun ketersediaan energi.

"Penyaluran bantuan akan terus dilanjutkan selama kondisi darurat belum berakhir, bekerja sama dengan pemerintah daerah, relawan, dan komunitas masyarakat setempat," katanya.

Adapun bantuan yang disalurkan meliputi beras, air mineral, mi instan, popok balita, minyak goreng, ikan kemasan, biskuit, telur, pembalut wanita, serta lampu darurat. 

Seluruhnya bantuan, kata dia, merupakan kebutuhan yang dinilai mendesak bagi warga di lokasi bencana di wilayah Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah. 

"Akses menuju lokasi masih sulit. Ada jembatan belum bisa dilewati, sehingga warga maupun relawan harus menyeberangi sungai di bawah jembatan," kata Agus Siswadi. 

Ia melaporkan alat berat untuk pemasangan jembatan bailey sudah disiagakan, tetapi operasionalnya terhambat oleh keterbatasan bahan bakar minyak (BBM).

Hingga kini, kata dia, kendaraan roda empat belum dapat menjangkau beberapa titik terdampak. Sepeda motor hanya bisa melintas melalui jalur alternatif atau jalan tikus dari Simpang Buntul Putri menuju Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. 

"Kondisi ini membuat distribusi logistik berlangsung lebih lambat dan mengandalkan tenaga warga serta relawan di lapangan," kata Agus Siswadi menyebutkan.

Di sektor energi, kelangkaan BBM menjadi tantangan utama dalam distribusi bantuan. Kekurangan pasokan BBM tidak hanya menyulitkan mobilitas warga, tetapi juga menghambat operasional alat berat yang diperlukan untuk membersihkan material longsor.

Sementara itu, suplai listrik hanya hidup dalam durasi singkat dan terbatas pada beberapa wilayah, mengandalkan mesin diesel darurat. Situasi ini memperburuk kondisi warga yang membutuhkan penerangan dan akses komunikasi.

Saat ini tersedia cadangan bantuan beras yang didistribusikan melalui mekanisme penjemputan di gudang logistik sebelum diserahkan kepada camat. Warga pun mulai membentuk posko-posko swadaya sebagai upaya menjaga kelancaran distribusi antar kampung.

Harga beras di lokasi bencana mencapai Rp25o ribu per 15 kilogram. Sedangkan beras Bulog dijual pada harga Rp56 ribu per lima kilogram, tetapi ketersediaannya terbatas.

"Kondisi ini membuat warga terpaksa berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Banyak dari mereka membawa anak dan barang seadanya," katanya.

Melihat kondisi tersebut, Bea Cukai Lhokseumawe merencanakan penggeseran titik penurunan bantuan Kementerian Keuangan agar lebih dekat dengan wilayah terdampak longsor. 

"Harapannya, warga tidak lagi harus berjalan jauh melewati medan berat hanya untuk menerima bantuan. Kami berupaya memastikan bantuan sampai ke tangan warga yang benar-benar membutuhkan, sekaligus mengurangi risiko mereka menempuh perjalanan berbahaya," kata Agus Siswadi.


Baca juga: Bea Cukai Aceh dorong UMKM bersaing di pasar global



Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025