Aceh Barat (ANTARA) - Masyarakat korban banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang, hingga kini mengaku masih kesulitan mendapatkan pasokan air bersih pascabencana melanda kawasan itu pada Rabu (26/11).
“Kami masih sangat kesulitan mendapatkan air bersih, jangan kan untuk mandi, untuk cuci air kecil saja kesulitan,” kata Awal Sulistio, warga Desa Menanggini, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang yang menghubungi melalui saluran telepon di Aceh Barat, Selasa.
Ia mengatakan meski di beberapa lokasi pasokan air bersih mulai berdatangan, namun saat ini sebagian besar masyarakat korban banjir bandang di Aceh Tamiang banyak yang belum mandi berhari-hari karena kesulitan sumber air bersih.
Selain itu, kata dia, korban banjir bandang hingga saat ini tidak memiliki pakaian memadai kecuali pakaian di badan yang dikenakan saat bencana banjir, karena pada saat kejadian rumah warga telah rusak dan barang mereka hanyut terbawa banjir.
Selain pakaian, para pengungsi juga membutuhkan pakaian bekas bayi dan anak-anak, termasuk kebutuhan dan perlengkapan bayi, balita maupun anak-anak.
Awal Sulistio mengatakan saat ini banyak korban banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang yang mulai sakit pascabencana banjir bandang, ada pun sakit yang dialami seperti demam, batuk, pilek, gatal-gatal, hingga penyakit lainnya.
“Kalau pasokan bahan makanan alhamdulillah sudah ada, sudah lancar. Tapi kami belum mandi sejak bencana terjadi, air bersih sangat sulit sekali. Banyak rumah yang tidak bisa dibersihkan karena tidak ada sumber air,” katanya.
Baca: Polres Aceh Tamiang periksa mobil terdampak banjir, ada isu mayat
Sebelumnya, Bupati Aceh Tamiang, Armia Fahmi saat menerima kunjungan Kepala BNPB Suharyanto, Sabtu (6/12) menyampaikan kebutuhan mendesak untuk penanganan pascabencana banjir, terutama di wilayah pedalaman yang sulit terjangkau.
“Ada tiga hal utama yang sangat krusial bagi upaya penanganan di lapangan. Kita butuh kendaraan untuk menerobos daerah yang terisolir, kita butuh kendaraan untuk mengangkut sembako," katanya.
Bantuan dimaksud ialah perahu karet dengan spesifikasi khusus untuk mengarungi wilayah yang saat ini masih terisolir di Aceh Tamiang.
Kata dia, meskipun bantuan logistik telah berdatangan, tetapi Aceh Tamiang masih sangat membutuhkan dukungan pusat untuk menjangkau masyarakat dan memulihkan kondisi.
Mengingat, banyak rumah warga yang terdampak, sehingga pemulihan pascabencana membutuhkan shelter dan tenda. "Kami juga butuh banyak shelter karena banyak tempat tinggal warga yang hilang,” ujar Armia.
Berdasarkan data sementara rekap bencana Aceh Tamiang hingga 6 Desember 2025, tercatat korban mengungsi 262.087 jiwa, luka-luka 18 jiwa, meninggal dunia 57 jiwa dan korban hilang 22 jiwa.
Kemudian, rumah kategori rusak ringan 2.262 unit, rusak sedang 35 unit dan rumah hanyut mencapai 780 unit, tersebar hampir di seluruh kecamatan. Data ini akan terus berubah setiap harinya.
Baca: ICMI kirim relawan ke daerah bencana banjir di Aceh Tamiang
Pewarta: Teuku Dedi IskandarEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025