Banda Aceh (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh berkomitmen untuk berperan aktif dalam penguatan kelembagaan pesantren melalui pembentukan Program dan Pusat Studi Pesantren serta memperkuat peran pesantren dalam sistem pendidikan nasional.
“Pesantren adalah pusat pengembangan nilai, ilmu, dan karakter bangsa. Ia tumbuh dari tradisi, bergerak mandiri dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat,” kata Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Mujiburrahman di Darussalam, Banda Aceh, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di Auditorium Ali Hasjmy, Darussalam.
Ia menjelaskan sinergi antara perguruan tinggi dan pesantren menjadi kunci membangun pendidikan Islam yang inklusif, moderat, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.
Halaqah ini juga menghadirkan diskusi panel bertajuk “Penguatan Kelembagaan Pesantren untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Kemandirian Umat diikuti pimpinan dayah, akademisi, dan pejabat Kementerian Agama.
“Forum ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan nasional menuju pembentukan Ditjen Pesantren, lembaga yang akan fokus mengelola dan memfasilitasi pendidikan keagamaan Islam di Indonesia,” katanya.
Baca: UIN Ar-Raniry-Kemenhaj sepakati sertifikasi pembimbing haji dan umrah
Kepala Subdirektorat Pendidikan Muadalah dan Pendidikan Diniyah Formal Direktorat Pesantren, Dr Endi Suhendi mengatakan pembentukan Ditjen Pesantren merupakan tindak lanjut amanat Presiden dalam peringatan Hari Santri Nasional.
“Hari ini kita melanjutkan proses itu, dari pengakuan secara de facto menuju penguatan de jure,” katanya.
Endi menjelaskan, penguatan pesantren akan difokuskan pada tiga aspek utama yakni kelembagaan, keilmuan, dan kemandirian. Penguatan tersebut diharapkan menjadikan pesantren semakin adaptif terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Prof Khairuddin menambahkan penguatan sistem pendidikan dayah (pesantren khas Aceh) merupakan langkah penting untuk memperkuat karakter generasi muda.
“Keberadaan dayah sangat penting, bukan hanya sebagai lembaga keagamaan, tetapi juga fondasi pembentukan karakter dan akhlak masyarakat Aceh,” katanya.
Ia menambahkan, tradisi pendidikan dayah telah menjadi bagian dari sejarah panjang Aceh sejak masa Kesultanan, bahkan sebelum sistem sekolah modern diperkenalkan oleh penjajah Belanda.
“Dalam sejarah Aceh, dayah adalah lembaga pendidikan resmi kerajaan. Di sanalah ulama dan cendekiawan ditempa. Maka kalau bicara pendidikan karakter, dayah sudah punya sistemnya sejak dulu,” katanya.
Baca: UIN Ar Raniry siap jadi mitra strategis pengembangan bisnis dayah
Pewarta: M IfdhalEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025