Banda Aceh (ANTARA) - Pimpinan dayah (pesantren) Babul Maghfirah Ustadz Masrul Aidi membantah pernyataan Polresta Banda Aceh terkait tersangka pembakar pesantren yang merupakan santri setempat adalah korban bullying karena disebut tolol atau idiot oleh temannya, sebaliknya yang bersangkutan santri berprestasi.
"Kesimpulan sepihak dari Polresta tanpa konfirmasi lagi kepada pesantren itu mengecewakan kami atas nama lembaga pendidikan Dayah Babul Maghfirah, dan lembaga pendidikan lain," kata Ustadz Masrul Aidi di Banda Aceh, Jumat malam.
Sebelumnya, kebakaran melanda asrama putra Pesantren Babul Maghfirah di kawasan Gampong (desa) Lam Alue Cut, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (31/10) pukul 03.00 WIB.
Kemudian, Satreskrim Polresta Banda Aceh menangkap terduga pelaku pembakaran tersebut, tersangka merupakan santri setempat. Polresta menyampaikan, anak pelaku mengaku telah mengalami perundungan atau bullying oleh beberapa temannya dengan sering dikatakan idiot ataupun tolol.
Baca: Santri mengaku korban bullying jadi tersangka kebakaran pesantren Babul Maghfirah Aceh Besar
Hal tersebut menyebabkan anak pelaku merasa tertekan secara mental sehingga timbul niat membakar gedung asrama dengan tujuan agar barang milik teman-temannya yang selama ini sering melakukan perundungan terhadap dirinya terbakar.
Menurut Ustadz Masrul, keterangan Polresta itu mengecewakan dan mungkin termasuk dayah-dayah yang lainnya.
Kesimpulan yang disampaikan itu dinilai terlalu prematur, hingga kemudian masalah perundungan itu dijadikan serangan oleh pihak-pihak yang tidak senang ke dayah.
"Seolah-olah dayah itu adalah ruang tempat perundungan kepada anak-anak, dan seolah-olah itu legal, diizinkan di dayah," ujarnya.
Pewarta: Rahmat FajriEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025