Banda Aceh (ANTARA) - Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Kita Kreatif) Universitas Syiah Kuala menjalin kolaborasi strategis dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Sabang dalam mewujudkan destinasi wisata yang sehat, aman, dan bebas dari narkoba.
Ketua Pusat Riset Kita Kreatif USK T. Meldi Kesuma, dalam keterangan diterima di Banda Aceh, Senin, menjelaskan bahwa integrasi riset dan pendekatan sosial menjadi kunci dalam membangun ekosistem wisata yang tidak hanya menarik secara ekonomi, tetapi juga sehat secara sosial.
“Pariwisata yang berkelanjutan harus berangkat dari masyarakat yang sehat, sadar, dan berdaya. Kolaborasi antara pusat riset dan BNN ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa promosi destinasi tidak hanya fokus pada keindahan, tetapi juga pada nilai-nilai kesehatan dan ketahanan sosial masyarakatnya,” katanya.
Baca juga: BNN perkuat sinergi program P4GN di Sabang
Melalui integrasi ini, Pusat Riset Kita Kreatif USK berharap dapat memperkuat peran edukatif pariwisata dan memperluas implementasi program BNN Kota Sabang yakni Desa Bersinar sebagai model pengembangan destinasi wisata berbasis masyarakat yang sehat, kreatif, dan berkelanjutan.
“Dengan adanya kolaborasi antara kedua pihak ini, diharapkan citra dan popularitas Kota Sabang semakin meningkat, tidak hanya dikenal sebagai kota wisata dengan keindahan alam dan kekayaan budaya yang memukau, tetapi juga sebagai destinasi yang aman, bersih, dan bebas dari narkotika serta zat adiktif lainnya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Pencegahan BNN Kota Sabang, Laela Murtrofin, menyampaikan bahwa pihaknya aktif menjalankan program Desa Bersinar (Bersih Narkoba) di sejumlah gampong, termasuk Gampong Krueng Raya yang kini tengah menjadi fokus pelaksanaan program dengan dukungan masyarakat dan pemerintah desa sebagai salah satu cara pencegahan narkoba.
“Program ini diawali dengan sosialisasi dan pelibatan aktif BNN dalam berbagai kegiatan masyarakat desa. Di Gampong Krueng Raya, misalnya, kawasan wisata Nemo kini tidak hanya menjadi daya tarik wisata laut, tetapi juga menjadi contoh integrasi antara wisata dan kesadaran antinarkoba,” katanya.
Dia juga menyampaikan bahwa program ini juga telah dilaksanakan di Desa Aneuk Laot dan Desa Jaboi pada tahun sebelumnya. Hasilnya, pihaknya belum menemukan wisatawan yang menggunakan narkoba di kawasa wisata Kota Sabang.
“Kami bersyukur hingga saat ini belum ada wisatawan yang terindikasi menggunakan narkoba. Tantangan utama justru masih berada di kalangan masyarakat lokal,” katanya.
Di samping itu, Ketua Tim Rehabilitasi BNN Kota Sabang, Rahmat Fauzan, menambahkan bahwa dalam konteks pencegahan juga, BNN Kota Sabang secara rutin melakukan pemeriksaan dan deteksi dini terhadap awak kapal serta berkolaborasi dengan mitra seperti Bea Cukai dan aparat keamanan lainnya untuk melakukan sweeping guna mencegah peredaran gelap narkotika. Hasil dari kegiatan ini juga dipublikasikan kepada masyarakat melalui media sebagai bentuk transparansi dan edukasi publik.
“Langkah ini penting agar masyarakat mengetahui bahwa para awak kapal yang datang dan beraktivitas di Sabang dalam kondisi bersih dari narkoba sehingga aktivitas wisata dapat berlangsung dengan rasa aman dan nyaman,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga menjalankan program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM), yang mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri melakukan upaya deteksi dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungannya.
“Untuk proses rehabilitasi, BNN Sabang saat ini memiliki klinik rawat jalan bagi klien rehabilitasi. BNN Kota Sabang turut berkolaborasi dengan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan keterampilan dan kemandirian sosial bagi para klien pascarehabilitasi,” katanya.
Baca juga: BNNK Sabang bentuk dua desa bersih narkoba, ini manfaatnya
Pewarta: Nurul HasanahEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025