Aceh Tamiang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan (Distanakbun) menelusuri penyebab matinya tanaman padi masyarakat yang baru ditanam di kawasan persawahan Desa Tupah, Kecamatan Karang Baru.

“Kami belum tahu pasti penyebabnya, tapi kami sudah ambil sampel tanah dan air di sawah milik petani yang terdampak,” kata Kepala Distanakbun Aceh Tamiang, Yunus, di Aceh Tamiang, Kamis.

Dirinya mengatakan, sampel tanah lumpur dari sawah tersebut bakal dikirim ke laboratorium untuk kemudian dianalisis. Kemungkinan, membutuhkan waktu satu hingga dua pekan mengetahui hasilnya. 

Sebelumnya, tanaman padi di Desa Tupah dilaporkan mati serentak dan petani terancam gagal panen. Kondisi padinya layu dan batangnya hitam. 

"Adapun luas yang berdampak sekitar 10 rante (4000M2) milik sejumlah petani," ujarnya.

Yunus menuturkan, pihaknya petugas penyuluh pertanian juga sudah menemui petani sebagai bentuk respon menanggulangi hama dan penyakit tanaman. 

Dugaan sementara, padi tersebut mati akibat penggunaan zat kimia secara berlebihan.

“Diduga ada penggunaan pupuk kimia terlalu banyak, sehingga terjadi penurunan kesuburan tanah, struktur tanahnya rusak,” katanya.

Adapun strategi mencegah kelelahan tanah, pihaknya menyarankan kepada petani untuk menggunakan metode pertanian organik.

“Kami menyarankan petani menggarap ulang tanah sawah dan pemberian pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang,” ujar Yunus.

Sementara itu, petani terdampak, Subhan (40), mengatakan bahwa padi yang baru seminggu ditanaminya rata-rata mati. Sehingga, mereka harus mengeluarkan modal lagi untuk menyemai bibit dan menanam ulang.

“Sebagian sawah saya sudah kami sisip (tanam ulang), tapi masih ada yang nampak mati juga,” katanya.

Kata dia, kasus padi mati dalam kondisi hangus ini juga sudah pernah terjadi pada 2024 lalu. Tetapi, saat itu umur padi sudah berusia satu bulan. 

Meski sudah lama menjadi petani, Subhan belum mengetahui secara pasti penyebab utama matinya padi tersebut. Tetapi, pihaknya berterima kasih kepada dinas pertanian yang mau turun tangan mengatasi penyakit padi misterius tersebut.

“Tahun ini meluas hampir setengah hektare yang terdampak, yang menunjukkan gejala paling parah sekitar 10 rante termasuk punya saya,” demikian Subhan.
 



Pewarta: Dede Harison
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025