Aceh Tengah (ANTARA) - Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah mulai gunakan tiner sebagai alternatif pengganti BBM untuk kendaraan mereka, akibat terjadinya kelangkaan bensin di daerah tersebut pascabencana hidrometerologi Aceh.
Aceh Tengah merupakan salah satu daerah terisolir di Aceh pascabencana, akibat akses seluruh jalan darat menuju daerah ini terputus total.
"Semua orang sudah pakai tiner sekarang, yang penting kendaraan bisa jalan," kata salah seorang warga Aceh Tengah, Fauzi, di Takengon, Kamis.
Baca juga: Bantuan beras mulai didistribusikan ke 14 kecamatan terdampak banjir di Aceh Tengah
Tiner merupakan cairan pelarut yang berfungsi untuk mengencerkan cat. Selain untuk mengencerkan, tiner juga bisa digunakan untuk membersihkan alat-alat pengecatan.
Fauzi mengaku sudah dua hari terakhir menggunakan tiner sebagai alternatif BBM untuk sepeda motornya.
Menurutnya, walau sudah banyak orang yang mulai beralih ke tiner sebagai alternatif, harga tiner di pasaran masih bisa didapatkan dengan harga normal.
"Harga normal, satu botol isi satu liter Rp30 ribu, dijual di toko bangunan," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang penjual tiner di Takengon, M Amin juga mengaku pembelian tiner di toko miliknya meningkat dalam tiga hari terakhir.
Soal apakah penggunaan tiner tersebut baik untuk kendaraan, dirinya juga mengaku tidak tahu pasti tentang hal itu.
"Kita ada orang beli, kita jual. Soal aman atau tidak nya kita ngak tahu," kata M Amin.
Bencana banjir dan tanah longsor telah menyebabkan wilayah Aceh Tengah tidak lagi bisa diakses melalui jalur darat. Kondisi ini terhitung sudah berlangsung selama sepuluh hari pasca bencana, sehingga menyebabkan suplai BBM ke daerah itu putus total.
Tidak hanya alami kelangkaan BBM, Aceh Tengah saat ini juga mengalami krisis pangan. Beras menghilang di pasaran, gas LPG langka, listrik padam total, dan masyarakat mulai kesulitan air bersih.
Airdrop jadi metode pendistribusian bantuan via Hercules di Aceh Gayo
Baca juga: Update Bencana Aceh, warga Linge inisiatif buat helipad agar bantuan datang
Pewarta: Kurnia MuhadiEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025