Aceh Timur (ANTARA) - PT Aceh Timur Kawai Energi (ATKE) resmi kembali mengoperasikan di sumur minyak tua di Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.
"Kini pengelolaan kembali diambil alih oleh Pertamina dan bermitra dengan perusahaan PT ATKE dan milik daerah yaitu PT ATEM," kata Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al- Farlaky di Aceh Timur, Jumat.
Menurut dia, PT Aceh Timur Kawai Energi ini diproyeksikan menjadi mitra strategis dalam mengembangkan potensi migas daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Aceh Timur
Bupati mengulas sejarah panjang eksplorasi minyak tersebut dimulai sejak masa Kesultanan Perlak dan dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan berdirinya Perlak Petroleum pada 1889.
Sejak saat itu, pengelolaan sumur minyak ini telah mengalami beberapa kali alih kelola, mulai dari perusahaan Amerika (Asamera Oil), Prancis (ConocoPhillips), hingga terakhir dikelola oleh PT Pacific Oil & Gas.
Dan saat ini kembali diambil alih oleh Pertamina dan bermitra dengan perusahaan PT ATKE dan milik daerah yaitu PT ATEM, katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya menciptakan iklim investasi yang kondusif. Dan masih banyak calon investor yang ragu untuk masuk ke Aceh Timur karena kendala soal keamanan dan penerimaan masyarakat.
"Saya minta dukungan dari seluruh pihak agar tidak ada lagi kesan bahwa Aceh menolak investasi. Siapa pun yang ingin masuk, dari negara mana pun, kita buka pintu. Yang penting semua harus taat aturan, bayar pajak, dan ikut membangun daerah," kata Bupati.
Oleh karena itu, Iskandar Usman Al-Farlaky mengatakan investasi yang masuk ke daerah akan membawa dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Baca: Pemkab Aceh Timur andalkan BUMD legalisasi sumur minyak rakyat
Pemerintah kabupaten, kata dia, bersama Pemerintah Aceh dan pemerintah pusat melalui Kementerian ESDM, mendukung penuh legalisasi dan pengelolaan kembali sumur-sumur tua, khususnya di wilayah yang memiliki sejarah panjang seperti Ranto Peureulak.
"Investasi bukan hanya membuka lapangan kerja, tapi juga mendorong pemberdayaan masyarakat. Namun demikian, setiap aktivitas perusahaan harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal dan menyelesaikan persoalan dengan cara-cara musyawarah dan mufakat," kata Iskandar Usman Al-Farlaky.
Sementara itu, Direktur PT Aceh Timur Kawai Energi (ATKE) Sayed Nouval menyampaikan rasa syukur atas kesempatan untuk kembali ke tanah kelahirannya di Kecamatan Ranto Peureulak.
Ia mengaku semangatnya kembali tumbuh setelah melihat komitmen dan perhatian langsung dari Bupati Aceh Timur.
"Bupati telah memberikan solusi yang sangat baik, demi kepentingan perusahaan dan masyarakat. Karena itu, izinkan kami kembali beroperasi di sini secara resmi dan legal," katanya.
Sayed menegaskan perusahaannya berkomitmen menjalankan operasi yang berkelanjutan, tidak hanya dari aspek teknis dan ekonomi, tetapi juga sosial, lingkungan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
"Kami menempatkan aspek sosial dan lingkungan sebagai prioritas utama dalam setiap kegiatan," katanya.
Ia juga menegaskan tidak melarang masyarakat yang ingin mengebor secara mandiri, tetapi meminta agar tidak ada pihak yang menduduki atau mengklaim sumur-sumur yang merupakan aset milik Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.
"Kami bekerja keras untuk menghidupkan kembali sumur-sumur ini agar dapat berproduksi dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Semoga ini menjadi awal bagi masa depan yang lebih cerah, khususnya bagi Rantau Peureulak dan Aceh Timur," kata Sayed Nouval.
Baca: SKK Migas bidik penertiban sumur minyak ilegal di Aceh, dorong skema BUMD
Pewarta: HayaturrahmahEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025