Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Kasus pemerkosaan terhadap anak di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, meningkat dari tahun ke tahun, yang umumnya dialami oleh anak usia sekolah dasar.
Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) Aceh Utara Khuzaimah di Lhokseumawe, Jumat mengatakan, pihaknya sangat prihatin atas tingginya kasus pemerkosaan tersebut dan terus melakukan pendampingan terhadap korban.
"Kami cukup prihatin atas kasus pemerkosaan yang selama ini terjadi di Aceh Utara, apalagi yang menjadi korban adalah anak-anak yang masih duduk dibangku SD. Terkait dengan masalah itu, kami terus melakukan pendampingan terhadap korban," ujar Khuzaimah.
Khuzaimah mengatakan, setiap tahun kasus pemerkosaan tersebut semakin meningkat, pada tahun 2012 ditemukan 12 kasus, tahun 2013 ditemukan 28 kasus, 2014 ditemukan 2 kasus dan tahun 2015 terhitung sejak Januari hingga Oktober telah terjadi kasus pemerkosaan terhadap anak 21 kasus.
Pelaku pemerkosaan merupakan orang-orang yang dekat dengan korban dan pelakuya dikenali, seperti tetangga korban dan bahkan pelakunya orang yang memiliki hubungan sedarah dengan korban.
"Hal yang sangat kita sayangkan adalah, setiap tahun semakin meningkat kasus pemerkosaan itu. Coba bayangkan, tahun 2015 yang terhitung sampai bulan Oktober sudah terjadi 21 kasus dan masih ada kasus-kasus lainnya yang belum didata," tutur Kuzaimah.
Menurutnya, maraknya terjadi pemerkosaan tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, kurangnya pemahaman tentang ilmu-ilmu agama sehingga melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Selain itu, banyaknya penggunaan narkoba dan mudahnya mengakses situs-situs porno, merupakan faktor yan berkontribusi terhadap, terjadinya kasus-kasus pemerkosaan terhadap anak dibawah umur.
"Sekarang siapa saja bisa mengakses situs-situs porno dan hal ini sudah cukup mengkawatirkan, maka diperlukan pengawasan serius terhadap warnet-warnet yang buka sampai tengah malam," kata Khuzaimah.
Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) Aceh Utara Khuzaimah di Lhokseumawe, Jumat mengatakan, pihaknya sangat prihatin atas tingginya kasus pemerkosaan tersebut dan terus melakukan pendampingan terhadap korban.
"Kami cukup prihatin atas kasus pemerkosaan yang selama ini terjadi di Aceh Utara, apalagi yang menjadi korban adalah anak-anak yang masih duduk dibangku SD. Terkait dengan masalah itu, kami terus melakukan pendampingan terhadap korban," ujar Khuzaimah.
Khuzaimah mengatakan, setiap tahun kasus pemerkosaan tersebut semakin meningkat, pada tahun 2012 ditemukan 12 kasus, tahun 2013 ditemukan 28 kasus, 2014 ditemukan 2 kasus dan tahun 2015 terhitung sejak Januari hingga Oktober telah terjadi kasus pemerkosaan terhadap anak 21 kasus.
Pelaku pemerkosaan merupakan orang-orang yang dekat dengan korban dan pelakuya dikenali, seperti tetangga korban dan bahkan pelakunya orang yang memiliki hubungan sedarah dengan korban.
"Hal yang sangat kita sayangkan adalah, setiap tahun semakin meningkat kasus pemerkosaan itu. Coba bayangkan, tahun 2015 yang terhitung sampai bulan Oktober sudah terjadi 21 kasus dan masih ada kasus-kasus lainnya yang belum didata," tutur Kuzaimah.
Menurutnya, maraknya terjadi pemerkosaan tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, kurangnya pemahaman tentang ilmu-ilmu agama sehingga melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Selain itu, banyaknya penggunaan narkoba dan mudahnya mengakses situs-situs porno, merupakan faktor yan berkontribusi terhadap, terjadinya kasus-kasus pemerkosaan terhadap anak dibawah umur.
"Sekarang siapa saja bisa mengakses situs-situs porno dan hal ini sudah cukup mengkawatirkan, maka diperlukan pengawasan serius terhadap warnet-warnet yang buka sampai tengah malam," kata Khuzaimah.
Pewarta: Pewarta : MukhlisUploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025