Aceh Tengah (ANTARA) - Masyarakat Aceh Tengah rela menempuh perjalanan jauh bahkan hingga jalan kaki menuju Kota Lhokseumawe untuk mencari bahan makanan, karena masih terisolir setelah akses jalan nasional putus akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Salah seorang warga Takengon, Roni (43) menceritakan, di Aceh Tengah, Senin, ia bersama istrinya menempuh perjalanan penuh tantangan ke Lhokseumawe hanya demi membeli beras dan bahan sembako, BBM dan lainnya.
"Sebelumnya kami satu hari sudah tidak masak di rumah, tidak ada apapun lagi. Akhirnya terpaksa nekat pergi belanja ke Lhokseumawe," kata Roni.
Baca juga: Dua pekan terisolasi tanpa listrik, ekonomi masyarakat Aceh Tengah terpuruk akibat bencana
Ruas Jalan KKA adalah satu-satunya akses terdekat menuju Kota Lhokseumawe dari dataran tinggi gayo, meski kondisinya lumpuh total. Banyak titik jalan amblas tergerus banjir dan tertimbun longsor.
Dari Kotq Takengon, ia menaiki sepeda motor sampai ke Kampung Buntul Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah, dan menitipnya di rumah warga dengan membayar Rp10 ribu.
Kemudian, ia baru berjalan kaki dari Buntul sampai ke Kampung Kem Kecamatan Permata, Bener Meriah, menghabiskan waktu selama 2,5 jam. Sedangkan, saat pulang mereka butuh waktu lima jam lebih karena sudah membawa beban.
"Lalu dari Kampung Kem, naik ojek warga dengan membayar Rp20 ribu sampai ke Kampung Buntul Sara Ine, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah," ujarnya.
Dari sana, dia kemudian mengganti ojek untuk menuju ke kawasan Gunung Salak. Tarif ojek dari tempat tersebut menuju menuju perbatasan Lhokseumawe-Bener Meriah sebesar Rp100 ribu.
"Dari situ dijemput sama keluarga langsung ke Lhokseumawe," katanya.
Sesampai di Lhokseumawe, Roni mengaku menginap semalam di rumah keluarga. Besoknya, langsung membelanjakan kebutuhan untuk dibawa pulang.
Paling utama, lanjut dia, adalah membeli stok beras dan BBM karena khawatir dampak bencana di Aceh Tengah masih berlangsung lama.
"Yang dibeli beras lima sak, total 25 kilo. Terus gas melon satu tabung, Indomie satu dus, minyak goreng tiga liter, kecap tiga botol, minyak pertalite 10 liter," sebutnya.
Ayah empat anak ini mengaku nekat menempuh perjalanan tersebut karena ingin memastikan stok makanan untuk keluarganya aman selama masa darurat bencana.
Selama perjalanan tersebut, dia juga harus meninggalkan keempat orang anaknya di Takengon, dititipkan kepada tetangga.
Saat memutuskan akan pergi belanja ke Lhokseumawe, kata Roni, kondisi di Takengon sudah mengalami krisis pangan. Beras tidak lagi dijual di pasar, termasuk BBM.
"Kalau kita cuma harap bantuan dari pemerintah ngak bisa, tidak makan anak kita di rumah. Lambat kali pemerintah ini bergerak," demikian Roni.
Baca juga: Update Bencana Aceh, dua heli TNI AU disiapkan khusus untuk di Aceh Tengah dan Bener Meriah
Pewarta: Kurnia MuhadiEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025