Banda Aceh (ANTARA) - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumoh Sejahtera Aneuk Nanggroe (RSAN) Dinas Sosial (Dinsos) Aceh meminta kepada orang tua di tanah rencong tidak menelantarkan anak-anaknya ketika sudah bercerai.
“Kepada semua orang tua, silakan anda mau buat keputusan berpisah, tapi tolong anak-anakmu jangan ditelantarkan,” kata Kepala UPTD RSAN Dinsos Aceh, Michael Octaviano, di Banda Aceh, Rabu.
Pernyataan ini disampaikan karena melihat tingginya angka perceraian di Aceh sepanjang 2025. Dan, perceraian kerap berdampak langsung terhadap masa depan anak-anak yang justru menjadi korban dari keputusan orang tuanya.
Untuk diketahui, UPTD RSAN Dinsos Aceh ini tidak hanya menampung anak yatim, tetapi juga anak-anak terlantar yang kehilangan peran pengasuhan dari ayah dan ibu akibat perceraian.
Dirinya menyebutkan, berdasarkan data Mahkamah Syar'iyah Aceh, sepanjang semester I 2025, terdapat sebanyak 2.923 pasangan suami istri di Aceh mengajukan gugatan cerai.
Jumlah ini hampir setengah dari angka perceraian pada 2024 yang mencapai 6.103 kasus berdasarkan data BPS. Akibat perceraian tersebut, diperkirakan ada belasan ribu anak yang terlantar.
Baca: Perkara istri gugat suami dominasi perkara di MS jantho Aceh Besar, kok bisa?
“Angka perceraian di Aceh juga tidak menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun,” katanya.
D isisi lain, Michael juga mengaku menerima banyak permintaan titipan anak dari keluarga yang sudah tidak sanggup menanggung beban pengasuhan.
“Sudah banyak sekali yang saya jumpa dan menghubungi saya. Jujur, memang saya nggak sanggup melihatnya. Namun, saya juga punya keterbatasan. Saya akan terus berjuang untuk kalian, anak-anak hebat di luar sana,” ujarnya.
Dirinya menekankan, jika fenomena penelantaran anak terus terjadi, maka cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai. Pasalnya, generasi penerus bangsa tidak mendapat bimbingan langsung dari orang tua sebagai fondasi utama dalam pembentukan karakter.
“Bagaimana kita bisa bicara Indonesia Emas 2045, sementara banyak anak yang kehilangan sosok ayah dan ibu di rumahnya? Mereka butuh bimbingan keluarga, bukan sekadar dititipkan di panti,” katanya.
Maka dari itu, dirinya berharap kepada masyarakat Aceh dapat lebih bijak dalam menyikapi perceraian. Keputusan berpisah seharusnya tidak menjadikan anak-anak sebagai pihak yang dikorbankan.
“Jaga masa depan, sekolah, dan cita-cita anak-anak. Itu lah tugas seorang bapak dan ibu, bukan malah pergi meninggalkan mereka dan menyerahkan ke nenek atau saudara yang juga kesulitan merawat,” demikian Michael.
Baca: Nagan Raya tingkatkan sosialisasi cegah perceraian
Pewarta: Rahmat FajriEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025