Aceh Timur (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Aceh Timur mengecek kualitas udara di sekitar sumur gas yang sebelumnya tercium bau menyengat di Gampong Panton Rayeuk T,  Kecamatan Banda Alam, kabupaten setempat.

Kepala DLH Kabupaten Aceh Timur Muslidar di Aceh Timur, Jumat, mengatakan pengecekan untuk memastikan kualitas udara, apakah mengandung gas berbahaya atau tidak.

"Pengecekan menggunakan gas detektor bertujuan untuk memastikan apakah ada gas beracun atau tidak di sekitar sumur gas. Hasil pengecekan hidrogen sulfida atau H2S yang merupakan gas beracun dengan bau menyengat," katanya.

Sebelumnya, tim DLH Kabupaten Aceh Timur menerima laporan masyarakat tentang enam warga Desa Panton Rayeuk T mencium bau busuk seperti ban terbakar saat berada di ladang. Bau tersebut diduga dari sumur gas perusahaan migas yang beroperasi di wilayah tersebut.

Baca: Dinkes: Warga Aceh Timur dirawat usai terhirup gas didiagnosa sakit lambung

Bau menyebabkan seorang di antaranya mengeluh mual, muntah, dan pusing. Kemudian, warga berobat ke posko pemantauan bersama yang terdiri dari perangkat desa, Humas Medco, perusahaan migas yang mengoperasikan sumur gas, babinsa, serta tim medis puskesmas setempat.

"Hasil pemeriksaan medis, warga tersebut menunjukkan keluhan disebabkan gangguan asam lambung. Setelah mendapat perawatan, kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang," kata Muslidar.

Kepala DLH Kabupaten Aceh Timur itu menyebutkan posko tersebut bekerja memantau kualitas udara di sekitar lokasi perawatan produksi perusahaan migas di wilayah tersebut.

Pemantauan kualitas udara sudah berlangsung sejak 24 Juli hingga 4 September 2025. Pemantauan untuk memastikan kualitas udara pada saat perawatan produksi di sumur gas perusahaan migas.

"Kami juga berkoordinasi dengan aparatur desa setempat guna memastikan apakah ada warga yang mengeluhkan tercium bau dari proses perawatan fasilitas sumur gas tersebut atau tidak. Hasil koordinasi terbaru, tidak ada keluhan warga," kata Muslidar.

Baca: Cara petani Aceh Timur bertahan di tengah ancaman perubahan iklim



Pewarta: Hayaturrahmah
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025