Banda Aceh (ANTARA) - Direktur Klinik Pratama Layanan Klinik Pratama Dr T Makmur Mohd Zein Universitas Syiah Kuala (USK) menyebut layanan skrining gratis HIV di klinik milik kampus di Banda Aceh tersebut masih sepi peminat.
"Saat ini masih sedikit masyarakat ataupun mahasiswa yang datang sukarela untuk melakukan skrining,,” kata Direktur Klinik Pratama Dr T Makmur Mohd Zein USK, dr Zulkarnain, di Banda Aceh, Senin.
Dia menilai, layanan tersebut masih sepi peminat lantaran masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini HIV serta adanya stigma bahwa penyakit ini terjadi karena penderitanya telah melakukan seks bebas.
“Sekarang masih terbentuk stigma kalau periksa HIV pasti sudah melakukan perilaku menyimpang seperti itu padahal kan tidak. Makanya, perlu kita bangun edukasi supaya mereka tahu tujuan skrining sebenarnya untuk apa,” katanya.
Baca juga: DPRK: Illiza-Afdhal harus serius tangani kasus HIV/AIDS di Banda Aceh
Layanan skrining gratis HIV di Klinik Pratama USK ini sendiri sudah mulai tersedia sejak tahun 2024. Kata Zulkarnain, pembukaan layanan ini dilatarbelakangi meningkatnya kasus HIV di Aceh berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Aceh.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Banda Aceh, jumlah penderita HIV AIDS di Banda Aceh terhitung sejak tahun 2008 hingga Mei 2024 mencapai 441 kasus.
Peningkatan kasus mulai terjadi pada 2021 yang mencapai 84 kasus, tahun 2022 sebanyak 88 kasus, tahun 2023 sebanyak 140 kasus, serta hingga Mei 2024 sebanyak 68 kasus. Para penderita umumnya laki-laki dengan rentang usia 19-30 tahun.
Karena itu, dia menekankan perlu adanya layanan deteksi dini untuk mencegah meningkatnya penyebaran HIV di Aceh terutama kepada kelompok-kelompok yang berisiko seperti penderita tuberkulosis (TBC), ibu hamil, dokter, dan tenaga medis.
“Perlu diperjelas bahwa HIV ini tidak mesti ditemukan karena hubungan seksual saja, ada kelompok lainnya yang berisiko tertular seperti tenaga medis saat mengambil darah pasien. Ini juga perlu skrining,” katanya.
Zulkarnain juga menyampaikan meskipun tidak banyak masyarakat maupun mahasiswa yang sukarela melakukan skrining, pihaknya tetap proaktif memberikan edukasi dan melakukan skrining tes HIV kepada mahasiswa USK.
“Kami proaktif berkunjung ke asrama USK, kami sampaikan bahwa pentingnya skrining ini dan tujuannya, juga kami sampaikan bahwa tidak akan memposting atau memblow up kalau sekiranya ada yang positif,” katanya.
Baca juga: Dinkes: Penderita HIV di Aceh Timur capai 14 kasus
Dia mengungkapkan bahwa selama layanan ini dibuka, Klinik Pratama USK telah menemukan beberapa kasus positif HIV melalui proses skrining. Bagi mereka yang terdeteksi positif, klinik memberikan edukasi, tata laksana medis, serta pengobatan dengan obat antivirus (ARV) yang disediakan pemerintah secara gratis.
"Kami memastikan bahwa pasien yang terdeteksi positif mendapatkan edukasi yang benar agar tidak menularkan virus ke orang lain. Selain itu, kami juga memberikan terapi antiretroviral (ARV) sesuai prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah," katanya.
Namun, dia tidak dapat merilis jumlah kasus positif yang ditemukan. Semua hasil skrining dilaporkan langsung ke Dinas Kesehatan Aceh yang memiliki wewenang untuk mengumpulkan data dari berbagai klinik dan puskesmas sebelum merilis laporan resmi.
"Kami tidak bisa mempublikasikan angka-angka secara langsung karena itu menjadi kewenangan Dinas Kesehatan Aceh. Setiap hasil positif yang kami temukan selalu kami laporkan ke sana," katanya.
Dengan adanya layanan ini, dia berharap semakin banyak masyarakat, khususnya mahasiswa, yang sadar akan pentingnya deteksi dini HIV sehingga dapat menekan angka penularan HIV di Aceh.
"Skrining ini sangat diperlukan untuk proses deteksi dini sehingga kalaupun didapatkan kasus positif kami bisa merawat sebelum terlambat,” katanya.
Baca juga: Temukan Delapan Kasus HIV/AIDS, Pemkab Abdya komit tingkatkan kesadaran masyarakat
Pewarta: Nurul HasanahEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025