Banda Aceh (ANTARA) - Olah raga lari kini sedang tren di Aceh, bahkan di bulan Ramadhan banyak orang yang melakukannya malam hari setelah selesai shalat terawih sekitar jam 10 malam.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinis Indonesia (PDGKI) Aceh, dr. Iflan Nauval membagikan kiat olahraga lari atau jogging agar tubuh tetap bugar meskipun sedang berpuasa di bulan Ramadhan.
Iflan saat dihubungi di Banda Aceh, Rabu, mengatakan bahwa jogging saat berpuasa sebaiknya dilakukan setelah shalat Subuh atau sore hari sebelum berbuka puasa.
“Kalau pagi setelah salat Subuh, cukup jalan kaki saja, pelan-pelan dinikmati karena dengan berjalan kaki pelan-pelan, tubuh tetap bermetabolisme dan menghasilkan air sekitar 300 cc," katanya.
Baca juga: Travis Barker pun Berlari
Dia menjelaskan bahwa lari di pagi hari sangat direkomendasikan karena dapat membantu tubuh terhindar dari dehidrasi. Namun, ia mengingatkan agar olahraga tersebut tidak dilakukan secara berlebihan karena justru dapat menyebabkan dehidrasi.
“Kalau bisa, pelan-pelan saja larinya sehingga tidak akan menimbulkan haus," katanya.
Sementara itu, bagi yang memilih berolahraga latihan lari saat sore sebelum berbuka, Iflan menyarankan agar waktunya diperhitungkan dengan baik.
“Kalau berbuka puasa jam 18.50 WIB, kita harus menyisakan waktu sekitar 30 menit untuk pendinginan. Jadi, kalau mau olahraga 30 menit, mulainya sekitar pukul 17.30 WIB," katanya.
Iflan juga merekomendasikan agar jogging atau lari laun selama berpuasa dilakukan selama 30–60 menit dengan intensitas ringan. Hal ini bertujuan agar tubuh tidak kelelahan sehingga tetap dapat menjalankan ibadah dengan optimal di bulan Ramadhan.
“Joggingnya bisa berjalan kaki atau bersepeda santai, jangan dipaksakan untuk berlari. Mungkin bagi usia 18–25 tahun masih memungkinkan, tetapi jangan sampai kelelahan yang bisa mengganggu ibadah tarawih," katanya.
Baca juga: Lima nutrisi penting untuk pelari saat Ramadha
Dalam kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan agar olahraga lari tidak dilakukan pada malam hari karena dapat menimbulkan risiko yang berbahaya bagi kesehatan.
“Tubuh kita ini memiliki ritme sirkadian yang mengatur bahwa pagi diperuntukkan untuk beraktivitas, malam untuk beristirahat. Jika kita berolahraga malam, justru mengganggu sistem tubuh. Ini bisa berbahaya, bahkan ada kasus serangan jantung akibat olahraga di malam hari," katanya.
Oleh karena itu, Iflan menyarankan agar masyarakat mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tetap dapat berolahraga pada pagi atau sore hari, tanpa harus mengorbankan istirahat malam.
Selain itu, dia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan asupan gizi terutama kecukupan air sehingga tetap bugar saat melakukan jogging di bulan puasa.
“Yang paling penting adalah air dan elektrolit. Pastikan saat sahur dan berbuka kita cukup minum, sekitar 800–1000 ml air saat sahur," katanya.
Selain air, dia juga menganjurkan kepada mereka yang aktif berolahraga di bulan puasa agar mengonsumsi buah-buahan dan protein dari sumber hewani.
“Protein, terutama dari sumber hewani seperti daging, ayam, bebek, dan telur sangat dianjurkan," katanya.
Di samping itu, ia menambahkan bahwa menjaga kebugaran tubuh tidak cukup hanya dengan berolahraga seperti jogging dan asupan gizi saja.
Menurut dia, masyarakat juga perlu menghindari makanan cepat saji dan yang mengandung lemak jahat. Jika makanan seperti itu tidak dihindari, maka olahraga yang dilakukan tidak terlalu berarti bagi kesehatan tubuh.
“Kurangi makanan deep frying seperti fried chicken atau kentang goreng. Kalau bisa, konsumsi real food, makanan yang minim pengolahan seperti nasi dengan ikan atau ayam yang dimasak sederhana," katanya.
Baca juga: Pemerintah Aceh bakal keluarkan edaran shalat tepat waktu
Pewarta: Nurul HasanahEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025