Sabang (ANTARA Aceh) - Alat pengeboran Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Geothermal Jaboi, Sabang, Aceh sudah tiba di lokasi yang dibawa Kapal Sinar Kudus milik PT Samudera Indonesia.

"Alat pengeboran PLTP geothermal Jaboi sudah tiba dan sekarang sedang proses bongkar muat di Pelabuhan CT1 BPKS Sabang," kata Projek Manejer dan Kepala Teknis PLTP Jaboi Sabang, Matoyo kepada Antara di Sabang, Kamis.

Matoyo mengakui, perlengkapan kebutuhan pengeboran PLTP geothermal Jaboi, Sabang segera dibawa ke lokasi (Jaboi) dan selanjutkan pekerja yang sudah stanbay bisa langasung melakukan pengeboran.

"Sesuai dengan surat Kementerian ESDM yang kami terima ditargetkan Februari selesai pengeboran tahap pertama dan selanjutkan akan dilakukan pengeboran di tiga titik lagi, jadi keseluruhan direncanakan akan dilakukan pengeboran diempat titik," katanya lagi.

PT Sabang Geothermal Energi (SGE)  yang mengerjakan pembangunan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Jaboi, Sabang, Aceh, memperkirakan pembangunan pembangkit listrik itu selesai akhir 2017 dengan daya listrik yang dihasilkan mencapai sekitar 80 Mega Watt (MW).

"Pengeboran tahap pertama prakiraan kami bisa menghasilkan daya 10 sampai dengan 15 Mega Watt, sementara jika pengeborannya dilakukan pada empat titik energi yang dihasilkan dari geothermal itu prakiraannya mencapai 80 MW," sebut Matoyo.

Kapal Sinar Kudur milil PT Samudera Indonesia merapat di Dermaga CT1 Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) pada tanggal 7 Januari 2017 dan sampai dengan Rabu (11/1) dini hari masih melakukan pembongkaran material pengeboran PLPT Jaboi, Sabang.

Kemudian, kapal jenis cargo itu pada tanggal 16 Maret 2011 silam pernah di bajak oleh sekelompok perampok di Somalia untuk digunakan sebagai kapal induk pembajak yang beroperasi ke laut utara sampai Teluk Oman.

"Kapal Sinar Kudus ini pernah dibajak oleh perampok Somalia," kata Matoyo.

Lalu, 46 hari kemudian Kapal Sinar Kudus beserta 20 crewnya berhasil di bebaskan oleh Satgas Merah Putih yang terdiri dari Pasukan Kopaska, Denjaka Korps Marinir, Sandi Yudha Kopasus, Kostrad dan unsur TNI lainnya.

"Operasi heroik ini dipimpin oleh Laksda Taufiqurochman yang saat itu menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat (Guspurlabar) dan pasukannya diperintahkan untuk berangkat dengan menggunakan dua kapal perang yakni, KRI-355 Abdul Halim Perdanakusuma (AHP) dan KRI-353 Yos Sudarso," tulis Cekmint Flotilla di dinding facebooknya.

Cekmint Flotilla merupakan warga Sabang, Aceh dan aktif pada Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari, anggota RAPI Sabang dan aktif memantau perkembangan pelayaran melalui web marine traffic.

Selain itu ia juga menuliskan, saat pembajakan terjadi, kapal dengan bobot mati 8911 ton ini berada di perairan laut Arab pada posisi sekitar 350 mil laut tenggara Oman dalam perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara, menuju Rotterdam, Belanda dengan membawa muatan Fero Nikel.

Lanjutnya, ketika proses pembebasan pembajakan itu Anggota Kopaska juga dibekali empat sea-rider, crane untuk menurunkan sea-rider dan satu helikopter NBO-105 Bolkow.



Pewarta: Irman Yusuf
Uploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025