Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPR) menggelar aksi unjuk rasa di Lhokseumawe, Rabu, mendesak Pemkab Aceh Utara untuk mengoptimalkan kegiatan ekonomi di Pelabuhan Umum Krueng Geukuh.
Mahasiswa menuntut agar Pemkab Aceh Utara menghidupkan ekonomi rakyat melalui komoditi unggulan yang ada di daerah itu untuk tujuan ekspor.
Karena menurut mahasiswa, kegiatan ekspor yang dilakukan pada Senin (8/1) masih sangat jauh dari harapan dan hanya akal-akalan pemerintah daerah saja.
Apabila dibandingkan dengan potensi alam yang dimiliki Aceh Utara, seharusnya bukan dengan jumlah itu saja yang bisa diekspor melalui Pelabuhan Umum Krueng Geukuh, tapi biss lebih banyak lagi, kata koordinator aksi, Adni Fajri.
Mahasiswa juga meminta kepada bupati untuk segera mengundang pihak lain yang terlibat dalam penanganan pelabuhan, antara lain, bea cukai, Pelindo, dan cendikiawan serta mahasiswa untuk bersama-sama membahas masalah pelabuhan.
Ia juga meminta kepada DPRK Aceh Utara, untuk mengawasi kegiatan Pelabuhan Krueng Geukuh agar terhindar dari permainan kelompok tertentu yang dapat merugikan ekonomi masyarakat.
Ia mengharapkan, kepada Pemkab Aceh Utara untuk memberdayakan usahawan di Aceh Utara terhadap upaya menunjang kegiatan ekonomi melalui Pelabuhan Krueng Geukuh.
Pada kesempatan itu, mahasiswa berkali-kali mengkritisi kinerja Bupati Aceh Utara yang dianggap tidak mampu mengoptimalkan potensi yang ada di daerah, terutama masalah pemanfaatan sarana dan prasarana pelabuhan.
Sementara itu, mahasiswa menuntut untuk bertemu dengan Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib, karena menurut mahasiswa, beliau tidak pernah mau bertemu dengan mahasiswa.
Aksi unjukrasa mahasiswa tersebut hanya diterima oleh Asisten II Sekdakab Aceh Utara Abdul Aziz. Menurut Abdul Azis, Bupati sedang ada acara, sehingga pihaknya mengajak audiensi dalam ruangan.
Akan tetapi mahasiswa tetap tidak mau beraudiensi jika tidak ada bupati.
Akhirnya mahasiswa menyodorkan pernyataan yang ditandatangani oleh Asisten II Sekdakab Aceh Utara Abdul Azis, untuk segera ditindak lanjuti.
Mahasiswa menuntut agar Pemkab Aceh Utara menghidupkan ekonomi rakyat melalui komoditi unggulan yang ada di daerah itu untuk tujuan ekspor.
Karena menurut mahasiswa, kegiatan ekspor yang dilakukan pada Senin (8/1) masih sangat jauh dari harapan dan hanya akal-akalan pemerintah daerah saja.
Apabila dibandingkan dengan potensi alam yang dimiliki Aceh Utara, seharusnya bukan dengan jumlah itu saja yang bisa diekspor melalui Pelabuhan Umum Krueng Geukuh, tapi biss lebih banyak lagi, kata koordinator aksi, Adni Fajri.
Mahasiswa juga meminta kepada bupati untuk segera mengundang pihak lain yang terlibat dalam penanganan pelabuhan, antara lain, bea cukai, Pelindo, dan cendikiawan serta mahasiswa untuk bersama-sama membahas masalah pelabuhan.
Ia juga meminta kepada DPRK Aceh Utara, untuk mengawasi kegiatan Pelabuhan Krueng Geukuh agar terhindar dari permainan kelompok tertentu yang dapat merugikan ekonomi masyarakat.
Ia mengharapkan, kepada Pemkab Aceh Utara untuk memberdayakan usahawan di Aceh Utara terhadap upaya menunjang kegiatan ekonomi melalui Pelabuhan Krueng Geukuh.
Pada kesempatan itu, mahasiswa berkali-kali mengkritisi kinerja Bupati Aceh Utara yang dianggap tidak mampu mengoptimalkan potensi yang ada di daerah, terutama masalah pemanfaatan sarana dan prasarana pelabuhan.
Sementara itu, mahasiswa menuntut untuk bertemu dengan Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib, karena menurut mahasiswa, beliau tidak pernah mau bertemu dengan mahasiswa.
Aksi unjukrasa mahasiswa tersebut hanya diterima oleh Asisten II Sekdakab Aceh Utara Abdul Aziz. Menurut Abdul Azis, Bupati sedang ada acara, sehingga pihaknya mengajak audiensi dalam ruangan.
Akan tetapi mahasiswa tetap tidak mau beraudiensi jika tidak ada bupati.
Akhirnya mahasiswa menyodorkan pernyataan yang ditandatangani oleh Asisten II Sekdakab Aceh Utara Abdul Azis, untuk segera ditindak lanjuti.
Pewarta: Pewarta : MukhlisUploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025