Jakarta (ANTARA) – PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk  (WEGE) kembali menunjukkan kiprahnya dalam menghadirkan infrastruktur strategis nasional   berteknologi tinggi. Hal ini terlihat dari kunjungan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU), Diana Kusumastuti, ke Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (Ina-MHEWS) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Kemayoran, Jakarta. Jumat (26/9).

Kunjungan ini menjadi momentum penting karena Wamen PU secara  langsung  meninjau teknologi  konstruksi tahan gempa yang diaplikasikan WEGE pada gedung pusat komando peringatan dini multi-bahaya pertama di Indonesia tersebut. Gedung Ina-MHEWS BMKG dirancang sebagai pusat data dan perkantoran dengan struktur 9 lantai dan 2 basement, total luas bangunan 8.679,88 m², serta dilengkapi fasilitas modern untuk mendukung pemantauan bencana secara real-time.

Salah  satu keunggulan  utama  gedung  ini  adalah  penerapan Base Isolator tipe Friction Pendulum. Teknologi ini terbukti mampu mereduksi guncangan gempa bumi, bahkan yang bersumber dari megathrust dengan periode hingga 2.500 tahun. Pemasangan friction pendulum dilakukan di 23 titik pondasi bangunan dengan sistem jacking setelah struktur utama selesai. Inovasi ini menjadikan Gedung  Ina-MHEWS sebagai gedung data center pertama di Indonesia yang mengadopsi teknologi tahan gempa berstandar internasional.

Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, menegaskan peran penting gedung ini. “Gedung ini adalah pusat komando untuk memberikan peringatan dini multi bahaya yang berhubungan dengan bahaya geohidrometeorologi, untuk itu gedung ini harus kuat berdiri dalam menghadapi cuaca ekstrem sekalipun. Maka dari itu, Gedung Ina-MHEWS dilengkapi dengan Base Isolator tipe Friction Pendulum. Diharapkan dapat menahan guncangan megathrust.  Selain  itu,  sistem  ini  mencakup  pemantauan gempa, tsunami, cuaca ekstrem, suhu udara, hingga kebakaran hutan dan lahan,” jelasnya.

Dalam tinjauan lapangan, Wamen PU didampingi Kepala BMKG melihat langsung pondasi gedung yang telah dilengkapi sistem friction pendulum. Diana Kusumastuti menyatakan bahwa infrastruktur publik ke depan perlu memperhitungkan data ilmiah terkait perubahan iklim dan potensi bencana. “Perkembangan curah hujan dan suhu yang ekstrem ini akan sangat berdampak pada infrastruktur yang kita bangun. Tugas kita tidak hanya mengendalikan banjir, tetapi juga menjamin ketersediaan air dan ketahanan pangan,” ujarnya.

Selain pondasi tahan gempa, Gedung Ina-MHEWS juga memiliki layar monitor selebar 30 meter yang mampu menampilkan 24 saluran pemantauan secara simultan. Fasilitas ini menjadikan BMKG memiliki kemampuan pemantauan data kebencanaan yang jauh lebih komprehensif, tidak hanya untuk skala nasional tetapi  juga  kawasan regional Asia Tenggara dan Samudra Hindia.

Direktur Utama WEGE, Hadian Pramudita, dalam kesempatan berbeda  menyampaikan kebanggaannya  atas  peran  WEGE dalam proyek strategis nasional ini. “Kami bangga menjadi bagian dari proyek monumental ini, yang tidak hanya menegaskan kompetensi WEGE dalam konstruksi bangunan berteknologi tinggi, tetapi juga berkontribusi pada sistem peringatan dini bencana yang lebih handal bagi Indonesia,” ungkapnya.

Kunjungan Wamen PU ini semakin memperkuat pengakuan bahwa inovasi teknologi konstruksi WEGE, khususnya dalam aspek ketahanan gempa, dapat menjadi rujukan pembangunan infrastruktur vital Indonesia di masa depan. Kehadiran Gedung Ina-MHEWS karya WEGE menegaskan posisi perseroan sebagai pelopor solusi konstruksi yang berorientasi keselamatan dan keberlanjutan.



Pewarta : PR Wire
Editor: PR Wire

COPYRIGHT © ANTARA 2025