Okelah jika lampu PLN mati sebentar saja. Tapi jika dalam jangka waktu lama bagaimana? Contohnya pada Kamis (19/7) malam kemarin, lampu PLN mati dari sejak sore hingga pagi belum hidup
Tapaktuan (Antaranews Aceh) - Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) rawat inap Kecamatan Labuhanhaji Barat kerap melayani pasien dalam gelap gulita. Kondisi tak nyaman yang sudah berlangsung sejak lama itu sangat dikeluhkan masyarakat setempat.

"Seperti kejadian Kamis (19/7) malam, ada pasien lakalantas masuk Unit Gawat Darurat (UGD) mengalami robek kulit kepalanya sehingga harus dijahit. Coba bayangkan selama proses penanganan medis hanya diterangi lampu senter Handphone (HP)," kata Naidy Berawe, salah seorang keluarga pasien kepada wartawan Jumat (20/7).

Menurutnya, kondisi gelap gulita setiap kali lampu PLN mati sudah berlangsung sejak lama di Puskesmas dimaksud. Ironisnya lagi, Puskesmas tersebut berstatus rawat inap. Sehingga setiap kali lampu PLN mati, maka secara otomatis para pasien yang sedang dirawat di ruang rawat inap harus berdiam diri dalam gelap gulita.

"Okelah jika lampu PLN mati sebentar saja. Tapi jika dalam jangka waktu lama bagaimana? Contohnya pada Kamis (19/7) malam kemarin, lampu PLN mati dari sejak sore hingga pagi belum hidup," ungkapnya.

Anehnya lagi, lanjut Naidy, informasi diterima pihaknya dari berbagai sumber, di Puskesmas tersebut telah tersedia mesin genset hasil pengadaan sumber APBK Aceh Selatan. Tapi sayangnya, disaat lampu PLN mati justru tak ada inisiatif untuk dihidupkan.

Pihaknya, sambung dia, benar-benar geram dan kecewa berat melihat kualitas pelayanan yang diberikan pihak Puskesmas. Soalnya, meskipun sama-sama telah diketahui bahwa kondisi gelap gulita disaat pasien sedang membutuhkan pelayanan medis bisa berakibat fatal terhadap nyawa pasien tersebut. Tapi justru tidak ada inisiatif apapun pihak Puskesmas mencari alat penerangan.

"Kami sudah menunggu hampir 5 jam pada malam itu tapi belum juga terlihat tanda-tanda ada alat penerangan. Apakah harus menunggu lampu PLN hidup kembali sampai besok paginya baru terang kembali?," sesalnya.

Pemandangan serupa, kata Naidy, juga ia saksikan langsung diruang rawat inap. Sejumlah pasien dan keluarga pasien terlihat terduduk dalam gelap gulita hanya diterangi senter Handphone. Saat kondisi itu ia pertanyakan, ternyata keluarga pasien mengaku bahwa kondisi seperti itu sudah terbiasa karena sudah berlangsung sejak lama.

Karena itu, ia meminta kepada Pj Bupati Aceh Selatan Dedy Yuswadi AP segera memberikan perhatian serius untuk menangani peroalan ini. "Kami berharap, Pj Bupati segera memerintahkan Kadis Kesehatan agar mengevaluasi kinerja Kepala Puskesmas Labuhanhaji Barat. Persoalan ini tidak bisa dianggap remeh," tegasnya.

Kepala Pukesmas Labuhanhaji Barat, Darman SKM membenarkan instansi medis yang ia pimpinan kerap dalam kondisi gelap gulita setiap kali lampu PLN mati.

Menurutnya, hal itu disebabkan karena Puskesmas tersebut tak memiliki mesin genset. Memang sebelumnya telah ada mesin genset, tapi kondisinya sudah tua sehingga telah rusak. Selain mesin genset, di Puskesmas itu juga tersedia lampu tenaga surya, tapi kondisinya juga sudah tidak maksimal lagi menyimpan arus listrik.

Darman mengaku, persoalan penanganan pasien dalam gelap gulita setiap kali lampu PLN mati, telah sejak lama dilaporkan kepada pihak Dinas Kesehatan Aceh Selatan, dengan harapan segera disediakan mesin genset baru. Tapi sayangnya, laporan yang sudah di naikkan sejak lama itu sampai sekarang belum ditindaklanjuti.

"Saya ini orang kecil, kemampuan saya hanya sebatas melaporkan dan mengusulkan. Eksekusinya tetap pada pejabat di atas," tegasnya.

Meskipun demikian, sambungnya, setiap pasien yang membutuhkan penanganan medis meskipun tanpa penerangan lampu PLN, pihaknya selalu melayani sehingga tidak ada pasien yang terlantar.

"Tugas kami tetap melayani pasien dalam kondisi bagaimana pun," pungkasnya.

Pewarta: Hendrik
Editor : Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA 2025