Banda Aceh (ANTARA) - Kalangan pengrajin pengolahan kedelai menyatakan permintaan tempe meningkatkan setelah adanya program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar.

Kini ada peningkatan permintaan tempe setelah ada program MBG. Walau kebutuhan tempe untuk program MBG tidak setiap hari," kata Zikra, pengrajin tempe, di Kabupaten Aceh Besar, Selasa.

Sebelum ada program MBG, kata dia, tempe yang diproduksi berkisar 500 hingga 700 kilogram kacang kedelai. Namun, setelah ada pemintaan dari program MBG, produksi mencapai satu ton.

Zikra menyebutkan kebutuhan satu dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) membutuhkan hingga 550 batang tempe untuk satu hari. Sedangkan usaha tempenya melayani lima dapur MBG.

"Pemenuhan tempe untuk program MBG tidak rutin setiap hari. Setiap dapur MBG menyampaikan kebutuhannya. Setiap kebutuhan tempe selalu dapat kami penuhi," kata Zikra.

Baca juga: BPOM temukan bahan berbahaya di kerupuk tempe dan mie dijual di warkop
 

Menurut dia, yang jadi persoalan di kalangan pengrajin tempe yakni harga kedelai yang kini terus meningkatkan. Harga kedelai sebelum Rp9.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp9.900 per kilogram.

"Harga kedelai terus meningkat karena permintaan meningkat. Apalagi program MBG ada di seluruh daerah, tidak hanya di Aceh. Kebutuhan kedelai untuk Aceh dipasok dari Sumatera Utara," katanya.
 
Kendati harga kedelai terus bergerak naik, Zikra mengatakan usahanya tempe yang diproduksinya tetap terus beroperasi. Dan tempe yang dijual juga tidak mengalami perubahan ukuran serta harga. 

"Harga tempe yang kami jual kepada pedagang tidak mengalami kenaikan yakni Rp1.100 per batang ukuran kecil. Begitu ukuran, tidak kami kurangi, walau harga kedelai terus merangkak naik," kata Zikra.


Baca juga: Pengrajin tempe di Aceh tetap bertahan saat kenaikan harga kedelai
 



Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025