Banda Aceh (ANTARA) - Universitas Syiah Kuala (USK) bertekad menjadikan kampus yang aman dan berkarakter yang tidak hanya diwujudkan melalui aturan, tetapi juga melalui kesadaran moral dan budaya saling menghormati sehingga terbebas dari kekerasan.

“Kampus yang aman dan berkarakter bukan hanya dibangun melalui regulasi, tetapi melalui kesadaran moral. Kita semua dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan pimpinan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kampus ini dari segala bentuk kekerasan dan penyimpangan perilaku,” kata Rektor USK Prof Marwan di Darussalam, Kamis.

Pernyataan itu disampaikan di sela-sela sosialisasi Pembinaan Karakter bertema “Membangun Kampus Aman dan Berkarakter; Sinergi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan USK” di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam.

Ia  menjelaskan kegiatan tersebut juga bagian dari wujud komitmen USK dalam menciptakan lingkungan akademik yang aman, berintegritas, dan bermartabat

ia mengatakan USK telah mengambil langkah nyata dengan membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (Satgas PPKPT), Unit Pembinaan Karakter (UPK), serta Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling (UPBK).

Menurut dia saat ini sudah ada landasan hukum yang jelas melalui Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024 dan Peraturan Rektor Nomor 33 Tahun 2025 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan USK.

Baca: USK dukung pembangunan berkelanjutan berbasis kearifan lokal

Menurut dia  aturan saja tidak cukup, dibutuhkan komitmen moral dan budaya saling menghargai.

“Kecerdasan tanpa karakter adalah kekosongan, sedangkan karakter tanpa kecerdasan adalah ketertinggalan. USK ingin melahirkan lulusan yang unggul dalam ilmu, santun dalam perilaku dan kuat dalam nilai moral serta spiritual," kata Prof. Marwan

Kegiatan tersebut diisi dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh perwakilan civitas akademika, sebagai simbol tekad menolak segala bentuk kekerasan dan pelanggaran etika di lingkungan USK. Penandatanganan yang disaksikan Rektor dan jajaran pimpinan ini menandai dimulainya Gerakan Kampus Berintegritas di USK.

Ketua Panitia Aditya Rivaldy mengatakan kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh meningkatnya fenomena kekerasan dan lemahnya pembinaan karakter di lingkungan kampus.

Dari survei singkat terhadap 101 mahasiswa, ditemukan lebih dari 25 tanggapan yang menyoroti perilaku tidak pantas, pelanggaran etika, dan kekerasan verbal. Beberapa mahasiswa bahkan mengaku mengalami tindakan bernuansa pelecehan dari pihak yang memiliki posisi akademik.

“Urgensi kegiatan ini tidak bisa ditunda. Kita perlu memperkuat kesadaran karakter di semua lini kampus, agar mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dapat menjaga diri dan lingkungan dari tindakan yang merugikan,” kata Aditya.

Ia menambahkan, hasil pemetaan karakter menunjukkan sekitar 60 persen dari lebih 200 mahasiswa laki-laki perlu mendapatkan pendampingan dalam hal pemahaman peran sosial dan moral. Kondisi ini menjadi alarm penting bagi USK untuk memperkuat sistem pembinaan karakter secara berkelanjutan.

Baca: USK pamerkan produk inovatif dari 12 Fakultas



Pewarta: M Ifdhal
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025