Banda Aceh (ANTARA) - Puluhan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, beserta dewan guru mengikuti edukasi mitigasi atau pengurangan terhadap risiko bencana.

Mitigasi bencana digelar dalam bentuk simulasi gempa dan tsunami yang difasilitasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dipusatkan di halaman SMA Negeri 1 Lhoknga di Aceh Besar, Rabu. 

Simulasi berawal saat pelajar di sekolah itu mengikuti belajar mengajar di kelas. Tiba-tiba, mereka dikejutkan dengan terjadi gempa berskala besar. Tidak jauh dari sekolah terdengar suara sirene peringatan dini. Pelajar piket langsung memukuli kentungan besi sebagai peringatan dini bencana.

Selang beberapa saat kemudian, para pelajar keluar kelas berkumpul di halaman sekolah. Mereka juga mengucapkan selawat badar sebagai doa agar selamat dari bencana.

Beberapa relawan palang merah sekolah menolong rekan-rekan mereka yang cedera. Mereka juga menyusuri setiap kelas memeriksa apakah ada rekan mereka yang masih berada di ruang.

Mereka mengevakuasi korban bencana alam tersebut. Sejumlah guru juga memberikan pengarahan kepada anak didik mereka seraya menunggu informasi dari lembaga terkait dengan kebencanaan. 

Ketika menerima informasi ada potensi tsunami, para pelajar diarahkan menuju tempat aman. Korban luka-luka dievakuasi dipapah berjalan kaki. Selanjutnya, korban luka-luka diberi pertolongan pertama dengan pengobatan.

Wardani, koordinator simulasi yang juga guru SMA Negeri 1 Lhoknga, mengatakan simulasi tersebut untuk memberi pembelajaran kepada peserta didik dalam menghadapi bencana gempa yang berpotensi tsunami 

"Peserta kegiatan ini merupakan anak-anak yang lahir setelah bencana 26 Desember 2004, jadi mereka belum memahami apa itu gempa dan tsunami," kata Wardani. 

Menurut dia, dari edukasi tersebut diharapkan mereka mengetahui bencana tersebut dan apa yang harus dilakukan ketika gempa berpotensi tsunami terjadi.

"Kegiatan ini diikuti 30-an pelajar. Simulasi ini merupakan edukasi kepada anak didik agar mereka memahami bagaimana menghadapi gempa dan tsunami. Apalagi sekolah kami berada di zona rawan tsunami," kata Wardani.

Sementara itu, Tommy Ardiansyah, fasilitator kegiatan dari BMKG, mengatakan simulasi gempa dan tsunami itu merupakan bagian dari program Indian Ocean Wave. Simulasi tersebut diikuti serentak berbagai sekolah maupun sektor usaha dari Aceh hingga Lampung.

"Simulasi ini untuk melihat sejauh mana respons peserta didik terhadap informasi gempa berpotensi tsunami yang disampaikan BMKG. Dari kegiatan ini bisa dilihat apa yang dilakukan peserta didik saat terjadi gempa berpotensi tsunami," kata Tommy Ardiansyah.

Baca juga: FPRB desak pemerintah daerah di Aceh buat regulasi jalur evakuasi



Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025