Banda Aceh (ANTARA) - Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh mencatat, penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) asal Aceh dalam dua tahun ini mencapai 416 orang, dan tertinggi ke negara Brunei Darussalam, Jepang serta Malaysia.
"Berdasarkan data penempatan pekerja migran Aceh dalam kurun waktu dua tahun terakhir mencapai 416 orang," kata Kepala BP3MI Aceh Siti Rolijah di Banda Aceh, Kamis.
Adapun 416 PMI yang berangkat dalam dua tahun terakhir tersebut yakni pada 2024 sebanyak 203 orang, dan 213 pekerja pada 2025. Angka ini adalah mereka yang berangkat secara proses resmi dan tercatat pada sistem pemerintah.
Siti menyebutkan, 416 pekerja tersebut tersebar di beberapa negara, tertinggi ke Brunei Darussalam sebanyak 201 orang, kemudian Jepang 95 orang, Malaysia 72, dan negara lainnya 48 PMI.
"Berdasarkan catatan kita, PMI Aceh yang terbanyak itu berjenis kelamin laki-laki, dan rata-rata berpendidikan SMA sederajat," ujarnya.
Baca: Imigrasi Meulaboh cegah enam calon PMI ke luar negeri
Kemudian, lanjut Siti, untuk pekerja migran Aceh tersebut, tertinggi berasal dari Kabupaten Bireuen 66 orang, selanjutnya Pidie 54 orang, Aceh Utara 51 pekerja, Kota Lhokseumawe 34 dan Aceh Tamiang 27 orang. Selebihnya dari 18 kabupaten/kota lainnya di Aceh.
Selain itu, dirinya juga menyebutkan, untuk jenis pekerjaan yang paling banyak digeluti PMI di luar negeri adalah pertanian (kebun kelapa sawit) 46 orang, kemudian menjadi perawat 38 orang, restoran 35 orang.
"Lalu, bidang konstruksi 31 orang, juru masak 30 orang, dan pekerjaan lainnya 236 orang. Dan, untuk skema penempatan terbanyak para PMI Aceh ini melalui skema mandiri mencapai 363 orang," katanya.
Dalam kesempatan ini, Siti juga menyampaikan bahwa BP3MI Aceh terus berkoordinasi dan bersinergi dengan semua pihak baik lembaga pemerintah maupun swasta untuk memberikan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat terkait bagaimana cara bekerja di luar negeri.
Kemudian, melaksanakan program peningkatan kapasitas calon pekerja migran Indonesia berbentuk pelatihan teknis maupun bahasa, khususnya bagi generasi muda Aceh yang memiliki potensi besar untuk bekerja di luar negeri.
"Langkah ini kami lakukan juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi, kemudian kesadaran bekerja secara prosedural hingga pencegahan penempatan ilegal," demikian Siti Rolijah.
Baca: BP3MI: Jenazah warga Aceh Tamiang dikeroyok di Malaysia dipulangkan
Pewarta: Rahmat FajriEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025