Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Aceh mendorong wakaf bisa menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda Aceh, mengingat prosesnya sekarang lebih mudah berkat dukungan sistem keuangan digital.

"Kami mendorong keterlibatan generasi muda Aceh dalam pengelolaan wakaf berbasis digital baik melalui aplikasi, platform crowdfunding, maupun sistem pembayaran QRIS terintegrasi," kata Deputi Kepala KPwBI Aceh, Hertha Bastiawan, di Banda Aceh, Kamis.

Pernyataan itu disampaikan Hertha Bastiawan pada kegiatan Pre-Event Aceh Waqaf Summit "Mengarusutamakan wakaf dalam pembangunan Aceh" dalam perhelatan Meuseuraya Festival 2025 oleh Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, di Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh.


Baca juga: Kolosal ratoh jaroe hingga pagelaran busana Islami semarakkan opening Meuseuraya Festival 2025
 

Dirinya menyampaikan, generasi muda dan teknologi digital merupakan salah satu kunci masa depan wakaf, maka dari itu keterlibatan anak muda Aceh menjadikan wakaf sebagai gaya hidup adalah sesuatu yang diharapkan.

"Wakaf harus menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda yang peduli, inovatif dan berdaya," ujarnya.

Dengan adanya digitalisasi, kata dia, tentunya besar harapan wakaf semakin banyak tersalurkan, khususnya melalui program-program Bank Indonesia.

Hertha menjelaskan, wakaf memiliki potensi luar biasa sebagai instrumen pembangunan sosial ekonomi. Secara nasional, pemerintah ingin kontribusi wakaf terhadap produk domestik bruto mencapai Rp9,9 triliun pada 2029.

Ia menuturkan, Indonesia sebenarnya memiliki nilai aset wakaf mencapai Rp2 ribu triliun, tetapi sebagian besar belum tergarap maksimal.

Lalu, berdasarkan data Badan Wakaf Indonesia, potensi wakaf uang nasional bisa mencapai lebih dari Rp181 triliun per tahun, namun sayangnya realisasi sekarang masih berada dibawah dua persen.

"Dibalik realisasi yang rendah, kami memandang ini justru menjadi peluang besar yang harus dikelola dengan baik agar agar wakaf semakin naik di Indonesia," katanya.

Ia menegaskan, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran memiliki peran strategis dalam mendukung penguatan ekonomi syariah dan salah satunya wakaf. 

Maka, pihaknya terus mendorong literasi dan edukasi wakaf berupa pelatihan bagi nazir dan sinergi kelembagaan, serta mendukung digitalisasi wakaf pada UMKM.

Baca juga: Meuseuraya Festival, media edukasi dan pengembangan kreativitas Aceh
 

Dirinya menambahkan, Pre-Event Aceh Waqaf Summit ini menjadi salah satu agenda utama dalam kegiatan Meuseuraya Festival 2025 oleh BI Aceh sebagai bagian untuk mendorong penguatan ekonomi dan keuangan di Aceh.

Forum ini juga ruang strategis untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem wakaf, baik dari sisi regulator, praktisi, akademisi lembaga keuangan syariah dan komunitas masyarakat di Aceh.

Dalam kesempatan ini, Hertha juga menekankan bahwa, untuk mewujudkan ekosistem wakaf yang kuat, Bank Indonesia tidak bisa berjalan sendiri, butuh kolaborasi lintas sektor antara pemerintahan, lembaga keuangan, akademisi, komunitas dan media.

"Kita perlu membangun ekosistem yang saling membangun dari regulasi yang adaptif, sistem keuangan inklusif hingga literasi masyarakat yang terus ditingkatkan," ujarnya.

Dirinya berharap, pelaksanaan diskusi wakaf ini dapat membangun pemahaman bersama tentang pentingnya wakaf sebagai instrumen pembangunan ekonomi yang berkeadilan, serta lahirnya inisiatif konkret dan kolaboratif dalam pengembangan wakaf produktif di Aceh.

"Serta, dapat memperkuat posisi Aceh menjadi model nasional pengelola wakaf produktif yang tidak hanya menginspirasi daerah lain, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi syariah Indonesia," kata Hertha Bastiawan.

Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Mahdi Efendi menyatakan bahwa Pemerintah Aceh terus membangun ekosistem ekonomi syariah, tidak hanya menjadi pilihan, tetapi bagian dari jati diri dan arah pembangunan Aceh.

Pemerintah Aceh, berkomitmen untuk terus mengembangkan ekonomi syariah, apalagi program ini merupakan visi besar mewujudkan Aceh islami, maju, bermartabat dan berkelanjutan.

Komitmen itu, telah tercermin dari berbagai kebijakan strategis yang telah kita jalankan, termasuk penerapan Qanun Lembaga Keuangan Syariah, termasuk peluncuran gerakan Aceh berwakaf pada 16 Maret 2025 lalu.

"Langkah-langkah ini bukan hanya simbol, melainkan upaya nyata untuk menanamkan prinsip islam sebagai pondasi pembangunan Aceh," katanya.

Diantaranya instrumen ekonomi syariah, wakaf memiliki tempat yang sangat istimewa. Sejarah telah menunjukkan besarnya kontribusi wakaf dalam menopang kesejahteraan umat.

Dirinya mengajak semua pihak untuk terus menggabungkan gerakan berwakaf di Aceh secara lebih luas, dan menjadikannya bagian dari arus utama pembangunan, sehingga tidak hanya hidup di ruang terbatas, melainkan hadir dalam pembangunan Aceh yang modern dan berdaya saing.

"Dengan sinergi lintas sektor, kami percaya potensi wakaf di Aceh dapat dikelola secara lebih produktif, transparan, dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat," demikian Mahdi Efendi.


Baca juga: Meuseuraya Festival BI Aceh 2025 dimulai malam ini, catat agendanya



Pewarta: Rahmat Fajri
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025