Banda Aceh (ANTARA) - Guru Besar Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof Mukhlis Yunus menyarankan lima fokus pembangunan Aceh yang berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi dan pengentasan kemiskinan jika dana otonomi khusus (Otsus) berlanjut atau diperpanjang.
"Perencana dan pelaku pembangunan harus lebih responsif dan bertindak solutif bagi percepatan pembangunan dan pengentasan kemiskinan di Aceh," kata Prof Mukhlis Yunus, di Banda Aceh, Senin.
Seperti diketahui, dana otsus Aceh bakal berakhir pada 2027 mendatang, dan saat ini sedang dilakukan revisi terhadap UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA), dan kini sudah masuk dalam Prolegnas prioritas utama DPR RI.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani sebut Dana Otsus Aceh tak kena efisiensi 2026
Salah satu pasal yang dimasukkan revisi UUPA tersebut adalah perpanjangan dana otsus Aceh dengan tanpa batas waktu, dan pengalokasian sebesar 2,5 persen dari total Dana Alokasi Umum (DAU) APBN.
Menurut Prof Mukhlis, arah kebijakan dan fokus pembangunan Aceh jika perpanjangan dana otsus disetujui, harus ditujukan pada kegiatan mampu memberikan dampak positif dan langsung kepada masyarakat Aceh, sekaligus bisa meningkatkan potensi ekonomi daerah.
Dirinya menyebutkan, adalah fokus pembangunan Aceh jika otsus diperpanjang yakni, pengembangan infrastruktur strategis. Di mana, Pemerintah Aceh harus berkonsentrasi pada pembangunan yang mendukung konektivitas dan pertumbuhan ekonomi Aceh.
"Seperti pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan bandara untuk meningkatkan aksesibilitas dan mendukung kegiatan ekonomi daerah Aceh," ujarnya.
Kedua, kata Prof Mukhlis, pemberdayaan ekonomi lokal, yaitu mendukung pengembangan UKM serta industri lokal berbasis pada sumber daya alam Aceh, seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Selanjutnya, pendidikan dan kesehatan, Pemerintah Aceh perlu memperkuat sektor ini untuk meningkatkan kualitas potensial sumber daya manusia Aceh yang merupakan pondasi penting bagi pembangunan ekonomi jangka panjang.
Baca juga: Serapan APBA rendah, MaTA: Buruk terhadap perjuangan peningkatan otsus 2,5 persen
Lalu, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, Aceh, lanjut dia, memiliki potensi sumber daya alam seperti gas alam, minyak bumi, dan hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan.
"Pengembangan industri yang mengolah sumber daya ini akan menjadi pilar ekonomi Aceh," katanya.
Terakhir pariwisata, Pemerintah Aceh harus mengembangkan potensi pariwisata dengan memperbaiki infrastruktur pendukung dan promosi, langkah ini penting mengingat Aceh memiliki kekayaan budaya dan alam yang cukup signifikan.
Disisi lain, tambah Prof Mukhlis, Aceh juga perlu memahami tantangan dan pertimbangan serius terkait dengan efektivitas serta transparansi, ini penting untuk memastikan dana otsus digunakan secara efektif, transparan, dan akuntabel demi mencapai tujuan pembangunan.
"Karena, ketergantungan pada dana otsus juga tidak selamanya baik, Aceh perlu mengurangi ketergantungan dari bantuan keuangan pemerintah pusat ini dengan mengembangkan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berkelanjutan," ujarnya.
Dirinya menuturkan, keseimbangan pembangunan juga harus memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan pelestarian lingkungan.
Ia kembali menegaskan, bahwa Aceh memiliki beberapa potensi ekonomi untuk dikembangkan, yakni gas alam dan minyak bumi yang merupakan sumber daya penting.
Selanjutnya pertanian dan perikanan, sektor ini bisa menjadi basis ekonomi lokal, serta pariwisata, karena dengan kekayaan alam serta budayanya, pariwisata bisa menjadi andalan Aceh di masa depan.
"Dengan pengelolaan yang tepat dan fokus pada pembangunan berkelanjutan, maka dana otsus bisa menjadi katalis bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Aceh," demikian Prof Mukhlis Yunus.
Baca juga: Dana transfer daerah turun, bagaimana nasib dana Otsus Aceh?
Pewarta: Rahmat FajriEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025