Banda Aceh (ANTARA) - Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Mujiburrahman menyatakan perdamaian yang telah terbina di provinsi itu harus menjadi ideologi bagi generasi muda Aceh.
“Perdamaian itu sulit kita dapatkan. Karena itu harus kita jadikan ideologi, bukan sekadar seremonial," katanya di sela-sela Focused Group Discussion (FGD) bertajuk “Pasca 20 Tahun Perdamaian: Antara Janji, Fakta & Masa Depan Ekonomi Aceh” di Museum Theater UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan dari ideologi lahirlah logos, dan dari logos menjadi ethos bagi generasi Aceh hari ini.
Ia mengatakan perdamaian yang dinikmati Aceh saat ini lahir dari proses panjang dan bukan instan serta menyimpan pengorbanan besar, sehingga harus dijaga sebagai paradigma bersama.
Perdamaian Aceh ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman damai atau MoU di Helsinki, Finlandia 15 Agustus 2005 antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka.
Baca: Komnas HAM pusatkan peringatan HAM Internasional 2025 di Aceh
Mujiburrahman juga mengutip riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menempatkan Aceh sebagai provinsi paling aman di Sumatera dengan skor indeks keamanan 4,7.
"Temuan ini menjadi modal penting untuk menarik investasi," katanya.
Menurut dia banyak tamu dari luar negeri awalnya ragu datang ke Aceh karena stigma negatif, namun saat mereka datang, semua terkesan dengan keamanan, keramahan, dan kekayaan budaya kita.
Lebih lanjut, ia menekankan pembangunan Aceh tidak bisa hanya bergantung pada Jakarta.
Ia mengatakan keterbukaan dan interaksi dengan masyarakat internasional menjadi kunci agar Aceh mampu berkembang pesat.
FGD tersebut digagas Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry bersama Generasi Positive (GENPOS).
Baca: Dua dekade di masa damai, Aceh menuju sejahtera
Pewarta: M IfdhalEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025