Banda Aceh (ANTARA) - Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem secara resmi membuka Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Provinsi Aceh tahun 2025 yang dipusatkan di Banda Aceh selama tujuh hari, yakni 19-26 Agustus.
Gubernur Aceh yang diwakili oleh Plt Asisten Pemerintahan, Keistimewaan Aceh, dan Kesejahteraan Rakyat, Syakir di Banda Aceh, pada Selasa (20/8) malam, menyampaikan bahwa melalui MQK ini para santri dilatih untuk membaca, memahami, dan menguraikan kandungan Kitab Kuning atau Kitab Turats, yang menjadi rujukan ulama dalam berbagai bidang keilmuan Islam, seperti fikih, tafsir, hadis, ushul fikih, akhlak, dan tasawuf.
“Musabaqah Qiraatil Kutub bukan hanya perlombaan, tetapi juga wadah untuk memperkuat literasi kitab kuning di kalangan santri. Ini adalah warisan ulama yang harus kita jaga dan terus hidupkan,” kata Syakir saat membaca sambutan Gubernur Aceh.
Baca juga: Pemkab Aceh Barat kirim 10 santri terbaik ke ajang MQK Aceh 2025
Dia menegaskan, Pemerintah Aceh menaruh harapan besar pada santri dan dayah dalam membangun Aceh. Menurutnya, pembangunan daerah tidak cukup hanya dengan infrastruktur, tetapi juga harus diperkuat dengan iman dan ilmu.
“Membangun Aceh tidak cukup dengan pembangunan fisik semata, tetapi juga dengan memperkuat iman dan ilmu. Dari dayah lahir ulama, pemimpin, dan pendakwah yang membawa cahaya Islam bagi masyarakat. Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf dan Fadhlullah sangat menaruh harapan bagi santri dayah sebagai estafet penerang umat ke depan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Munawar A Jalil, menyampaikan, MQK merupakan upaya nyata menjaga khazanah keilmuan Islam di Aceh.
"Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) adalah sebuah gerakan intelektual yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat Aceh. MQK menegaskan kembali tradisi keilmuan Islam yang telah mengakar kuat dalam sejarah peradaban kita," katanya.
Menurutnya, sejak dahulu, Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah, pusat pendidikan Islam, dan lahirnya para ulama besar yang berperan besar dalam mencerdaskan umat serta menjaga marwah bangsa.
Munawar menambahkan, pada MQK tahun ini terdapat tiga kabupaten/kota yang tidak mengirimkan kafilahnya, yakni Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Kota Subulussalam, dan Kota Langsa.
MQK Aceh 2025 ini sendiri mempertandingkan berbagai cabang, di antaranya fikih, tauhid, tafsir, serta nahwu-sharaf. Para pemenang nantinya akan mewakili Aceh pada MQK tingkat nasional.
Baca juga: Kankemenag: Lima santri Aceh Besar wakili Aceh ke MQK Nasional 2025
Pewarta: Nurul HasanahEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025