Banda Aceh (ANTARA) - Inovasi dari mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) berupa produk inovatif "Bhoi Morica" olahan kue tradisional khas Aceh berbahan dasar daun kelor dan biji pepaya meraih tiga penghargaan di Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2025.
"Produk ini dikembangkan sebagai solusi alami untuk obat cacing (anthelmintik) serta pencegahan stunting pada balita dan ibu hamil," kata Ketua Tim Nelli Desianti di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan "Bhoi Morica: an Innovative Nutritious Traditional Cake as a Natural Anthelmintic and Stunting Prevention Solution for Toddlers and Expecting Mothers" dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi stunting dan infeksi cacingan di Provinsi Aceh.
Baca juga: Rektor: USK hasilkan 20 guru besar per tahun
Tim ini terdiri dari tiga mahasiswa USK: Nelli Desianti (Pendidikan Ekonomi – FKIP), Sarah Salsabil (Biologi – FMIPA), dan Putri Salsabila Rinaldi (Statistika – FMIPA). Mereka dibimbing oleh dosen A. Abdul Razak, M.Si.
"Ajang ini dirancang untuk mendorong kreativitas dan inovasi di kalangan perempuan, memberikan platform untuk menampilkan karya inovatif, serta membuka peluang kolaborasi dan akses ke pasar global," kata Nelli.
Tim pengembang berupaya menciptakan produk yang dapat mengatasi kedua masalah secara bersamaan, dengan memanfaatkan bahan alami yang mudah ditemukan di daerah tersebut.
Kue Bhoi dipilih sebagai pangan lokal inovatif karena dikenal kaya protein.di mana daun kelor dipilih karena kaya nutrisi seperti vitamin A, kalsium, zat besi, dan berfungsi sebagai antioksidan.
Sementara biji pepaya yang diolah menjadi tepung memiliki sifat antibakteri dan anti-cacing alami. Manfaat dari kedua bahan dapat membantu meningkatkan gizi, mencegah stunting, serta mengatasi infeksi cacingan.
Bhoi Morica memiliki keunikan karena tidak hanya berfungsi sebagai makanan tradisional, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan signifikan. Produk ini menjadi solusi inovatif untuk mengatasi stunting dan infeksi cacingan secara bersamaan.
Berkat inovasi ini, Nelli bersama timnya berhasil menyabet tiga penghargaan, yaitu Silver Medal, Special Award, dan Special Prize. Ajang KIWIE 2025 diikuti oleh 445 penemuan dari Korea Selatan, 312 penemuan dari 16 negara, serta 80 perusahaan internasional. Capaian ini membuktikan bahwa inovasi lokal memiliki potensi besar untuk bersaing dan diakui di tingkat global.
KIWIE merupakan kompetisi internasional tahunan yang diselenggarakan oleh Korea Women Inventors Association (KWIA), bekerja sama dengan Korean Intellectual Property Office (KIPO), serta didukung oleh berbagai kementerian dan lembaga di Korea Selatan, termasuk Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian UKM dan Startup, dan Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO).
Nelli dan timnya berharap Bhoi Morica dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi pangan lokal yang bergizi dan sehat.
Selain itu, mereka juga berharap inovasi ini dapat memberdayakan ekonomi masyarakat melalui produksi skala komunitas.
"Kami berharap Bhoi Morica adalah menjadi solusi inovatif untuk mengatasi stunting dan infeksi cacingan di Provinsi Aceh," demikian Nelli.
Baca juga: GFI gandeng ARC USK Aceh untuk konsultan program nilam di Kalteng
Pewarta: M IfdhalEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025