Banda Aceh (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) berhasil mendapatkan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025 dari Kemendiktisaintek berkat menciptakan lapisan pelindung pangan dari limbah atau Circular Processing Edible Coating (CIPECO).

“CIPECO menjadi salah satu tim terpilih yang akan mewakili Aceh dalam mewujudkan riset aplikatif di bidang ketahanan pangan dari ratusan proposal yang diajukan di lingkungan USK, hanya 13 proposal sekitar 5,41% yang berhasil lolos, dan,” katanya Ketua Tim, M. Abdul Hamid, pada Sabtu, di Banda Aceh.

Abdul menjelaskan, CIPECO merupakan lapisan pelindung pangan berbahan alami yang dirancang untuk memperpanjang umur simpan berbagai produk protein seperti daging, ayam, dan ikan. 

“Keunggulannya terletak pada pemanfaatan kitosan dari limbah cangkang kerang hijau yang melimpah di pesisir Aceh, dipadukan dengan minyak atsiri biji pala sebagai agen antibakteri alami,” katanya.


Baca juga: Dosen Unimal terapkan teknologi deteksi kualitas air tambak
 

Dia mengatakan, produk ini hadir sebagai solusi pengawet alami yang aman dikonsumsi, praktis digunakan, dan ramah lingkungan, sekaligus menjawab tantangan besar dalam pengurangan limbah laut. 

“Dengan teknologi edible coating, CIPECO dapat mengurangi laju pembusukan hingga beberapa hari lebih lama dibanding metode penyimpanan konvensional sehingga menjadi alternatif tepat bagi rumah tangga, UMKM kuliner, hingga industri pengolahan hasil laut,” katanya.

Inovasi ini digagas oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, yakni M. Abdul Hamid sebagai Ketua Tim, serta M. Zacky Barsya dan M. Abidzar sebagai anggota. Mereka berkolaborasi dengan mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yaitu Dara Apriani dan Azid Ramadhan.

Abdul mengatakan bahwa kolaborasi ini memadukan riset teknologi pangan yang mendalam dengan perencanaan bisnis dan strategi pemasaran. 

“Pendekatan multidisipliner inilah yang menjadikan CIPECO tidak hanya memiliki landasan ilmiah yang kuat, tetapi juga menawarkan prospek komersial yang menjanjikan,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa setelah dinyatakan lolos pendanaan PKM 2025, CIPECO kini memasuki tahap uji pasar dan produksi awal. 

“Produk cair siap pakai ini ditawarkan dengan harga Rp65.000 per 500 ml, dirancang praktis untuk penggunaan rumah tangga, usaha kuliner, maupun industri skala menengah,” katanya.

Baca juga: Bupati berharap edukasi kemitraan dan teknologi tingkatkan produktivitas pertanian

 

Sementara itu, anggota tim dari Program Studi Manajemen, Dara Apriani, mengatakan bahwa tidak hanya sekadar mencipatakan inovasi, mereka juga melakukan sosialisasi dan pemasaran produk untuk memastikan riset mereka benar-benar bisa dimanfaatkan masyarakat.

“Tim CIPECO juga aktif melakukan edukasi kepada pelaku UMKM dan pedagang pasar tradisional di Banda Aceh, menunjukkan cara pemakaian CIPECO yang sederhana namun efektif dalam mempertahankan kualitas pangan segar,” katanya.

Dosen pembimbing tim ini, Asmawati M. Sail, menambahkan Program Kreativitas Mahasiswa Inkubator dikenal sebagai ajang bergengsi yang mendorong mahasiswa Indonesia untuk mengembangkan gagasan berbasis riset dan teknologi. Keberhasilan CIPECO lolos ke tahap pendanaan menegaskan bahwa mahasiswa USK siap menghadirkan solusi inovatif yang sejalan dengan agenda ketahanan pangan nasional.

“Capaian Tim CIPECO membuktikan bahwa riset mahasiswa dapat melahirkan produk yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat,” katanya.

Dia berharap, CIPECO dapat menjadi model bisnis ramah lingkungan yang mendukung visi ekonomi sirkular Aceh. 

“Dengan pemanfaatan limbah kerang hijau, produk ini berpotensi membantu nelayan dan pelaku industri perikanan meningkatkan nilai jual hasil samping mereka, sekaligus memperkuat rantai pasok pangan berkelanjutan,” katanya.


Baca juga: Wali Kota Tenggara Singapura tawarkan teknologi pengolahan limbah untuk Aceh



Pewarta: Nurul Hasanah
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025