Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat pada Juli 2025 Provinsi Aceh mengalami kenaikan harga barang atau inflasi sebesar 0,68 persen dibandingkan Juni 2025, dan beras menjadi komoditas yang tertinggi penyumbang inflasi.
"Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan tertinggi adalah makanan, minuman, dan tembakau, memberikan andil inflasi sebesar 0,56 persen," kata Plt Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin, di Banda Aceh, Jumat.
Dirinya menyebutkan, terdapat beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi bulanan di Aceh diantaranya beras 0,31 persen, bawang merah 0,11 persen, daging ayam ras 0,06 persen, ikan bandeng 0,05 persen dan bensin 0,03 persen.
Selebihnya dari pakaian dan alas kaki 0,08 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,01 persen, transportasi 0,03 persen.
Kemudian, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,01 persen, rekreasi, olahraga dan budaya 0,01 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,01 persen dan pendidikan 0,03 persen.
"Sementara itu, terdapat beberapa komoditas yang masih memberikan andil terhadap deflasi bulanan diantaranya udang basah persen, sekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, cabai merah, dan tomat (-0,14 persen)," ujarnya.
Selain itu, kata Tasdik, secara tahunan, pada Juli 2025 Aceh mengalami inflasi sebesar 3,00 persen, yang berarti harga barang dan jasa secara umum naik rata-rata sebesar 3,00 persen dibandingkan Juli tahun sebelumnya.
Berdasarkan data inflasi menurut kelompok pengeluaran, makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil inflasi tahunan tertinggi sebesar 2,14 persen, selebihnya dari perlengkapan rumah tangga, air, listrik pakaian, transportasi hingga perawatan pribadi.
Pada Juli 2025, inflasi tahunan terutama didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas seperti beras 0,56 persen, emas perhiasan 0,46 persen, sigaret kretek mesin 0,28 persen, ikan dencis 0,21 persen, dan ikan tongkol 0,18 persen.
"Di sisi lain, terdapat komoditas yang
memberikan pengaruh deflasi, diantaranya cabai merah, tarif air minum PAM, cabai rawit, kentang, dan cabai hijau," demikian Tasdik
Selanjutnya, tambah dia, terdapat lima daerah atau kota penghitungan inflasi di Aceh, yakni Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang.
Inflasi tahunan tertinggi terjadi di Meulaboh yakni sebesar 3,82 persen, sedangkan paling rendah terdapat di Kota Banda Aceh 1,97 persen.
Untuk inflasi bulanan, Kabupaten Aceh
Tamiang tertinggi sebesar 1,00 persen, sedangkan paling rendah Meulaboh sebesar 0,39 persen.
"Berdasarkan data tersebut, pada Juli 2025, terjadi inflasi bulanan sebesar 0,68 persen dan inflasi tahunan sebesar 3,00 persen di Aceh.
Penyumbang utamanya, baik bulanan maupun tahunan adalah kelompok makanan, Minuman, dan tembakau," demikian Tasdik Ilhamudin.
Pewarta: Rahmat FajriEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025