Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, Wiratmadinata menyatakan media sosial menjadi salah satu faktor orang yang dapat menjadi radikal jika tidak digunakan secara bijak
"Media Sosial jika tidak digunakan secara bertanggungjawab, dapat menjadi saluran berkembangnya berita hoax, yang berisi fitnah, manipulasi pengetahuan dapat menanam kebencian dari satu kelompok kepada kelompok lain, sehingga orang menjadi radikal, karena kecewa atau frustasi," katanya di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela berbagi pengalaman dengan puluhan perwira di Lingkungan Polda Aceh yang baru menyelesaikan pendidikan Secapa Polri.
Baca juga: FKPT ajak masyarakat Aceh terlibat aktif cegah radikalisme
Ia menjelaskan lewat Medsos pribadi, misalnya grup whatsapp, facebook atau Instagram, seseorang bisa menaburkan informasi salah, yang isinya menanam bibit amarah serta kebencian dari satu kelompok kepada kelompok lain, sehingga orang menjadi radikal, karena kecewa atau frustasi.
"Itu merupakan salah satu proses terjadinya radikalisme, sebagai ladang sumbur pembentukan Mentalitas orang bisa jadi teroris,” kata Wiratmadinata.
Menurut dia fenomena radikalisasi pemikiran di kalangan masyarakat, baik individual maupun kelompok dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu individual, keluarga maupun lingkungan, yang membentuk sistem keyakinan, persepsi, konsep si maupun sistem pengetahuan manusia.
"Kondisi tersebut dibentuk dalam kognisi publik melalui transformasi informasi, pada saat menggunakan Media Sosial,” kata Wira yang juga Dekan Fakultas Hukum Universitas Abulyatama Aceh.
Menurut dia para teroris sekarang ini bekerja di belakang komputer, mulai dari meracuni pikiran, memprovokasi orang supaya benci kepada negara, dan ujungnya melakukan kekerasan.
"Semua itu bisa mereka lakukan lewat medsos, mulai dari cuci otak, pendanaan sampai rekrutmen pelaku teroris,” katanya.
Karena itu ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencegah salah satunya menggunakan media sosial dengan bijak sehingga tidak mudah berkembangnya intoleransi, radikalisme serta terorisme.
"Mari kita bersama-sama melibatkan masyarakat dalam proses “deradikalisasi” pemikiran di tengah masyarakat, dengan cara memperbanyak edukasi publik, melalui pertemuan dengan masyarakat, memberikan informasi yang benar terhadap berkembangnya isu sensitif, yang sebenarnya tidak masuk akal dan harus dikritisi.
Baca juga: Ulama Aceh: Insiden penembakan kantor MUI harus diusut sampai ke akarnya
Pewarta: M IfdhalEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025