Banda Aceh (ANTARA) - Jaksa penuntut umum menuntut seorang terdakwa tindak pembunuhan dengan hukuman mati karena terbukti bersalah menghilangkan nyawa orang lain secara berencana.
Tuntutan tersebut dibacakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Alfian dan kawan-kawan dari Kejaksaan Negeri Banda Aceh pada persidangan di Pengadilan Negeri Banda Aceh di Banda Aceh, Kamis.
Sidang dengan majelis hakim diketuai Azhari serta didampingi Mukhlis dan Nelly Rakhmasuri Lubis masing-masing sebagai hakim anggota. Terdakwa bernama Zulfurqan. Terdakwa hadir ke persidangan didampingi tim penasihat hukumnya.
Baca juga: Polisi tangkap terduga pelaku pembunuhan mahasiswa, begini kronologinya
JPU menyatakan perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP. Terdakwa melakukan pembunuhan dengan sengaja dan direncanakan
Perbuatan tersebut, kata JPU, berawal ketika terdakwa mendatangi kamar kos korban Dhiyaul Puadi di Gampong Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh pada 19 Oktober 2024.
Di tempat tersebut, terdakwa sempat bertemu dengan dua orang dan menyampaikan maksud ingin bersua dengan korban. Lalu, terdakwa membuka pintu kamar korban yang tidak terkunci.
Di kamar tersebut, terdakwa melihat korban tidur di tempat tidur dengan. Selanjutnya, terdakwa duduk di kursi dalam kamar tersebut. Di kursi tersebut, terdakwa memainkan telepon genggamnya.
Selang tidak beberapa lama, terdakwa melihat satu telepon genggam di dada korban. Terdakwa berniat mengambil telepon tersebut. Sebelum mengambil, terdakwa keluar dan duduk di teras kamar dengan maksud melihat situasi sekitar.
Kemudian, terdakwa kembali ke kamar dan melihat buah pisau. Terdakwa mengambil pisau tersebut dan menghampiri korban yang masih tidur. Terdakwa mencoba menusuk leher korban, tetapi masih ragu-ragu.
Terdakwa akhirnya menusuk leher kanan korban sebanyak satu kali. Korban terbangun dan terdakwa kembali menusuk leher dan lengan korban hingga pisau terlepas.
Pada saat itu, kata JPU, terdakwa panik dan melarikan diri dengan meninggalkan sepeda motor yang dikendarai sebelumnya. Selang beberapa saat kemudian, terdakwa kembali lagi dan mengambil sepeda motor tersebut.
"Dalam persidangan, terdakwa mencabut berkas perkara. Namun, pencabutan tersebut menguatkan perbuatan terdakwa. Pencabutan tersebut tidak serta merta terdakwa tidak melakukan pembunuhan," kata JPU.
Menurut JPU, terdakwa ditangkap polisi berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi-saksi. Jadi, perbuatan tersebut memiliki dasar hukum mendakwa terdakwa melakukan tindak pidana pembunuhan.
Sebelum menuntut terdakwa, majelis hakim mempertimbangkan hal memberatkan yakni perbuatan terdakwa menyebabkan orang lain kehilangan nyawa. Terdakwa juga tidak kooperatif selama persidangan serta berbelit-belit menyampaikan keterangan.
"Terdakwa juga tidak menyesal atas perbuatannya menyebabkan orang lain kehilangan nyawa. Sedangkan pertimbangan hal meringankan tidak ada," kata JPU menyebutkan.
Atas tuntutan jaksa penuntut umum tersebut, terdakwa dan penasihat hukumnya menyatakan menyampaikan pembelaan. Majelis hakim melanjutkan persidangan pada Kamis (19/6) dengan agenda mendengarkan nota pembelaan terdakwa dan penasihat hukumnya.
Baca juga: Polresta Banda Aceh selidiki pembunuhan mahasiswa di Jeulingke
Pewarta: M.Haris Setiady AgusEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025