Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menangani interaksi negatif harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) yang dilaporkan memangsa sejumlah ternak sapi di Kabupaten Aceh Timur.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamaruzzaman si Banda Aceh, Jumat, mengatakan penanganan tersebut merupakan respons terhadap keresahan masyarakat adanya interaksi negatif harimau sumatra di beberapa wilayah di Kabupaten Aceh Timur.

"Interaksi negatif tersebut seperti di wilayah Kecamatan Indra Makmur. Di mana ada laporan masyarakat, harimau memangsa ternak sapi serta beberapa kawasan lainnya di Kabupaten Aceh Timur," katanya.

Baca juga: Tiga sapi warga di Aceh Timur dimangsa harimau sumatra

Untuk di Indra Makmur, kata Kamaruzzaman, pihaknya juga sempat memasang kandang perangkap. Tujuan untuk menangkap harimau yang dilaporkan meresahkan masyarakat. 

"Namun, satwa dilindungi tersebut tidak masuk ke kandang perangkap tersebut, sehingga kami bawa kembali. Kandang perangkap akan dipasang lagi apabila ada gangguan harimau," katanya menyebutkan.

Kamaruzzaman mengatakan pihaknya terus berkomunikasi dengan unsur pimpinan kecamatan dan masyarakat di Kecamatan Indra Makmur menyangkut gangguan satwa dilindungi tersebut. 

"Kami segera ke wilayah tersebut apabila ada informasi gangguan harimau. Termasuk memasang kandang perangkap sebagain upaya memindahkan satwa lindungi itu jauh dari pemukiman dan perkebunan masyarakat," katanya.

Kamaruzzaman juga mengimbau masyarakat, terutama peternak, untuk tidak melepasliarkan hewan ternaknya, tetapi mengandangkannya guna mencegah serangan harimau atau satwa liar lainnya.

Kami sudah mengedukasi dan menyosialisasikan kandang antiharimau kepada masyarakat setempat Kandang ini menggunakan kawat, sehingga satwa tersebut tidak bisa masuk," kata Kamaruzzaman.

Sebelumnya, Kepolisian RI Resor (Polres) Aceh Timur, Polda Aceh, menyatakan sebanyak tiga ekor sapi warga di Kabupaten Aceh Timur dimangsa harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).

Kapolres Aceh Timur AKBP Nova Suryandaru mengatakan ternak masyarakat tersebut dimangsa satwa dilindungi itu di tiga lokasi berbeda dalam rentang waktu dua pekan terakhir.

"Lokasi sapi dimangsa harimau yakni di Desa Blang Nisam, Kecamatan Indra Makmur, Kamis (16/1). Kemudian, di Desa Sahraja, Kecamatan Pante Bidari, Senin (13/1), serta di Desa Alue Ie Itam, Kecamatan Indra Makmur, Rabu (1/1)," kata Nova Suryandaru

Kapolres mengatakan hewan tersebut dimangsa harimau berdasarkan penelusuran di sekitar lokasi penemuan bangkai sapi banyak tapak satwa liar jenis harimau. Dugaan sementara, ketiga sapi tersebut mengalami luka-luka dan akhirnya mati akibat diterkam harimau.

"Kami mengimbau masyarakat tetap waspada dan segera melaporkan jika ada tanda-tanda keberadaan harimau di sekitar tempat tinggal agar tidak membahayakan satwa yang dilindungi maupun masyarakat," kata Nova Suryandaru.

Sementara itu, berdasarkan daftar kelangkaan satwa dikeluarkan lembaga konservasi dunia International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus spesies terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian khususnya harimau sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa.

Serta tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.

Kemudian, tidak memasang jerat, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi. Semua perbuatan ilegal tersebut dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan. 

Di samping itu, aktivitas ilegal lainnya juga dapat menyebabkan konflik satwa liar khususnya harimau sumatra dengan manusia. Konflik ini berakibat kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa, baik manusia maupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut.

Baca juga: BKSDA turunkan tim atasi gangguan harimau di Aceh Timur



Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025